DENPASAR, Balipolitika.com- Tepat di hari pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu, 20 Oktober 2024, Calon Gubernur Bali Nomor Urut 1, Made Muliawan Arya, S.E., M.H. atau akrab disapa De Gadjah akhirnya buka-bukaan mengenai alasan sebenarnya ia meninggalkan Wayan Koster.
Sikap terbuka ini sebagai respons tegas De Gadjah atas bertubi-tubinya video lama seputar deklarasi dukungan 2 periode kepada Wayan Koster pada Juni 2022 silam “digoreng” sebagai bahan kampanye “menyerang” dirinya.
Usut punya usut, De Gadjah meninggalkan Wayan Koster karena merasa sangat terpukul sebab dirinya diminta berkhianat kepada Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto.
Dikonfirmasi terkait bocornya percakapan via WhatsApp antara dirinya dengan Wayan Koster di bulan Januari 2024 silam di mana Wayan Koster meminta dirinya agar “mengibarkan bendera putih” alias menyerah dan tidak bergerak masif memenangkan Prabowo Subianto agar Ganjar Pranowo menang di Bali 90 persen, De Gadjah tidak membantah.
Adapun bukti percakapan WhatsApp antara Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Bali, Made Muliawan Arya, S.E., M.H. atau akrab disapa De Gadjah dan Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Wayan Koster terkait Pilpres 2024 berbunyi sebagai berikut.
“Pak Made, terkait capres, saya benar-benar minta tolong, jangan gencar, bias saja, karena target saya Ganjar menang di atas 90 persen di Bali. Demi Bali ke depan, menjadi kebutuhan kita bersama, bantuin saya, biar Ganjar menang mutlak di Bali. Kasih tahu anak buahnya di bawah. Made konsentrasi agar terpilih menjadi anggota DPRD Bali, serta menjadi Wakil Ketua DPRD Bali. Sukseme. Salam sehat, Wayan Koster,” demikian bunyi pesan singkat via WhatsApp yang dikirimkan Wayan Koster kepada De Gadjah di bulan Januari 2024 silam pukul 17.32 Wita.
Merespons permintaan Wayan Koster agar De Gadjah “berkhianat” kepada Sang Ketua Umum Partai Gerindra yang kini menerima mandat rakyat sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Bali bertanya-tanya sekaligus menegaskan dirinya tidak bisa memenuhi keinginan Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali itu.
“Osa Pak Gub. Kenapa kok bisa begitu, Pak? Kan sejak awal kita sudah sepakat kita akan berjuang masing-masing untuk pilpres jika kita tidak koalisi. Dan untuk gubernur kami tetap komitmen dukung Bapak. Mohon maaf Pak, tiang untuk saat ini tiang tidak bisa mengikuti keinginan Pak Gub. Dengan segala hormat, tiang tetap akan berjuang untuk Pak Prabowo. Sekali lagi saya mohon maaf, Pak. Dengan segala risiko saya tetap akan berjuang untuk Pak Prabowo. Salam sehat, Bapak,” jawab De Gadjah sembari melampirkan emoticon cakupan tangan.
Diberitakan sebelumnya, menanggapi konten dan komentar yang beredar luas soal dukungan dirinya kepada Wayan Koster di bulan Juni 2022, De Gadjah mengungkapkan dirinya selaku kader Gerindra diajarkan selalu mengapresiasi siapa pun pemimpin dan dididik untuk selalu mengapresiasi pemimpin baik di tingkat pusat maupun di daerah.
“Saat ini pun, kalau pun memang harus berkompetisi, tentu berkompetisi untuk berjuang sebaik-baiknya untuk rakyat Bali,” jelas De Gadjah.
Keberanian melawan Wayan Koster di Pilgub Bali 2024 ungkap De Gadjah merupakan bentuk keberpihakannya kepada rakyat Bali karena keberhasilan perjuangan satu jalur alias satu komando atau linierisasi pada saat era kepemimpinan Presiden Jokowi berjalan mulus di Pulau Dewata.
Konsep inilah yang membuat De Gadjah yang berpasangan dengan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) siap melanjutkan hal tersebut sebab dengan perjuangan satu jalur, satu komando, linierisasi dari presiden, gubernur hingga bupati-walikota segala tantangan akan bisa diselesaikan dengan lebih mudah.
“Ini menjadi solusi cerdas bagi Bali untuk mendapatkan sebanyak mungkin kue pembangunan dari pusat,” tegas De Gadjah.
“Maka, dukungan inilah yang kami tunjukkan selama ini, ketika tidak lagi satu jalur atau malah beda jalur atau tidak satu komando atau malah beda komando. Kami memikirkan rakyat Bali akan kesulitan mendapatkan akses lebih dari kue pembangunan di pusat,” imbuhnya.
De Gadjah menegaskan, perjuangannya untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur utamanya lebih mementingkan rakyat Bali, dan tidak lagi memikirkan siapa yang didukung.
“Penugasan partai dan kawan-kawan di KIM Plus menuntut kami Mulia-PAS menjaga semangat satu jalur atau satu komando. Kami siap mengambil tanggung jawab itu semata-mata demi masyarakat Bali,” tutup De Gadjah. (bp/tim)