TABANAN, Balipolitika.com– Calon Gubernur Bali Nomor Urut 1, Made Muliawan Arya, S.E., M.H. alias De Gadjah mengatakan saatnya masyarakat Bali meminta program atau pembangunan yang dibutuhkan kepada Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia setelah dilantik pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Salah satu alasannya karena Prabowo-Gibran menang telak di Bali pada pemilu 14 Februari 2024 lalu.
Menurutnya meminta bantuan pusat untuk kemajuan Bali adalah hal yang wajar dan wajib lebih-lebih De Gadjah merupakan kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Hal tersebut disampaikan De Gadjah saat menghadiri kampanye di Banjar Gaduh, Desa Kaba Kaba, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Selasa, 15 Oktober 2024.
“Prabowo menang di Bali. Yang pilih rakyat Bali. Wajar dong kita minta kepada Pak Prabowo bagaimana caranya agar kebijakan-kebijakan yang baik diberikan kepada rakyat Bali. Saya pikir itu hal yang wajar dan wajib,” ucap De Gadjah.
Pada kampanye sekaligus kampanye dialogis di Banjar Gaduh tersebut, De Gadjah menerima banyak masukan dari masyarakat.
Beberapa di antaranya soal jalan, penanggulangan kemacetan, pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan beberapa masukan progresif lainnya.
Calon Gubernur Bali milenial berusia 43 tahun itu mengaku semua usulan dari masyarakat itu telah dirangkul dan akan diserahkan kepada tim untuk dirumuskan dengan baik.
“Intinya kami dengan sepenuh hati ingin ngayah (berbakti, red) kepada masyarakat Bali, untuk kesejahteraan Bali yang berkelanjutan,” tegas De Gadjah.
Secara khusus dirinya menilai Kabupaten Tabanan adalah kabupaten yang menjadi lumbung pertanian yang perlu diperhatikan sehingga Bali bisa memiliki kemandirian dan ketahanan pangan.
Maka tugas dari pemerintah adalah menyejahterakan petani Tabanan sebagai ujung tombak ketahanan pangan Pulau Dewata.
“Tabanan sebagai lumbung pertanian akan kita perhatikan bagaimana petani dan peternak di Tabanan bisa sejahtera. Setelah tanggal 20 presiden dilantik, kita akan rumuskan program-program yang tidak hanya untuk Tabanan, tetapi untuk Bali secara keseluruhan,” tambahnya.
Namun demikian, pria kelahiran Denpasar 12 Mei 1981 itu menegaskan untuk bisa merealisasikan itu dibutuhkan pemimpin yang satu komando agar tidak berbeda haluan dengan pusat.
“Saat kepemimpinan Pak Mangku bikin program yang bagus saat ganti pemimpin tahu-tahu yang bagus tidak dilanjutkan. Sebagai contoh kepemimpinan Pak Jokowi yang sudah baik akan dilanjutkan oleh Pak Prabowo. Kalau kepemimpinan seperti begitu kan enak,” ucapnya memberi contoh. (bp/ken)