TABANAN, Balipolitika.com- Kasus dugaan intimidasi yang dialami Jro Mangku Pura Melanting Kota Tabanan dan warga Banjar Kesiut hanya gara-gara beda pilihan calon bupati dan wakil bupati mencoreng proses demokrasi di Indonesia.
Peristiwa tersebut menandakan bahwa premanisme dan cara politik lama masih digunakan oleh sejumlah oknum.
Di tengah memanasnya suhu politik di kabupaten yang dijuluki “Lumbung Beras” Bali itu, ibu-ibu warga Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan punya jurus jitu, yaitu jogetin aja.
Menyuarakan kampanye santun dan damai tanpa intimidasi dan intervensi, kaum ibu di Banjar Jagasatru, Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan asyik berjoget diiringi lagu semut-semut yang menjadi jargon kemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan Nomor Urut 01, I Nyoman Mulyadi dan I Nyoman Ardika alias Sengap.
“Warga kami siap memenangkan Mulyadi-Sengap. Mari berbuat demi Desa Kediri. Kami sudah bosan diinjak-injak terus. Kediri pasti berubah. Kami ingin perubahan. Apa yang kita inginkan, hingga sekarang wantilan tidak ada. Pada 27 November 2024 kami siap memilih dan mencoblos nomor urut 1. Tidak ada intervensi, ini murni dari hati nurani kami. Kita ingin putra Kediri maju. Kita siap mendukung. Kita lawan intimidasi,” kata salah seorang tokoh Desa Kediri dengan suara lantang, saat acara simakrama Mulyadi-Sengap atau MS Glowing di banjar setempat, Kamis, 10 Oktober 2024.
Sementara itu, Mulyadi-Sengap memperkenalkan program unggulan Satu Miliar Satu Desa yang mendapat sambutan antusias dari warga Banjar Jagasatru.
Program ini dirancang untuk mengalokasikan dana sebesar Rp1 miliar untuk setiap desa di luar Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD).
Selain itu, pasangan ini juga menjanjikan Rp500 juta bagi desa adat dan subak.
“Program unggulan saya adalah Rp1 miliar satu desa di luar ADD, serta tambahan Rp500 juta untuk banjar dan subak. Anggaran ini diharapkan bisa dikelola dengan baik dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar Nyoman Mulyadi. (bp/ken)