Ilustrasi Pixabay – 4 buruh proyek jadi tersangka, usai terlibat keributan dengan warga karena tidak terima teguran.
BALI, Balipolitika.com – Buntut keributan di Banjar Penyarikan Benoa, Kuta Selatan, Bali kian panjang. Polisi pun menetapkan 4 tersangka usai aksi keributan itu. 4 tersangka ini merupakan buruh proyek.
Pertama polisi mengangkut lima orang, saat kejadian keributan, yakni Nikodemus Nigha Bombo, Yosep Ndara Milla, Agustinus Hollo, Lorensius Bali Meme dan Imanuel Kondo.
Dari pemeriksaan hanya Imanuel Kondo yang tak jadi tersangka.”Dari pemeriksaan secara maraton, pengumpulan bahan keterangan dan alat bukti, dari hasil gelar perkara kemudian penyidik menetapkan 4 tersangka,” kata Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi Selasa lalu.
Penahanan 4 tersangka sudah terjadi. “Dugaan tindak pidana pengancaman sesuai Pasal 335 KUHP. Selanjutnya penangkapan dan penahanan,” ucap Sukadi.
Sebelumnya, keributan terjadi si Jalan Srikandi Banjar Penyarikan Benoa pada Minggu 29 September 2024 pukul 21.30 Wita. Keributan melibatkan sekelompok warga Sumba dengan warga setempat
“Kejadian berawal dari seorang warga Sumba yang dalam keadaan mabuk tidak terima teguran warga, akibat membawa kendaraan dengan ugal-ugalan sehingga terjadi percekcokan berujung keributan dengan masyarakat sekitar,” ungkap Ketut Sukadi.
Warga setempat inisial WM (50), yang saat itu sedang duduk di warung melihat ada orang Sumba bolak-balik melewati Jalan Srikandi menggunakan sepeda motor Revo berwarna hijau Pelat DK 4237 ER. Orang itu lewat sambil menggeber-geber knalpot motornya.
Teguran ke pengendara itu, agar tidak kebut-kebut di jalan. Karena hal itu kemudian, Nikodemus Nigha Bombo alias Nikson tidak terima, dan malah turun dari motornya menantang WM. Terjadi ketegangan dan saling dorong hingga motor pelaku jatuh.
IMS (30) adik WM yang melihat kejadian itu datang dan berusaha untuk malerai, menyuruh pelaku pergi dan tidak berulah. Namun Nikson tak terima dan akan membawa teman-temannya datang karena tidak takut dengan orang Bali.
Berselang 10 menit kemudian, datang sekelompok orang Sumba kurang lebih sebanyak delapan orang. Mereka membawa bambu dan potongan besi. WM dan IMS mundur dan masuk ke rumah warga.
Kelompok warga Sumba itu nekat masuk ke dalam rumah dengan memegang besi dan bambu memburu IMS dan WM.
Karena terasa terancam mereka menghubungi kepala pecalang. Kemudian pecalang memukul kulkul bulus untuk mendatangkan warga adat. Warga ketog semprong keluar rumah menangkap para pelaku dan menghajar mereka.
RM (39) rekan kerja para pelaku di proyek menyampaikan, pelaku sempat menenggak miras dan mendengarkan musik hingga dini hari.
Saat mereka asyik, bedeng tempat mereka bekerja di lempar dari luar. Semua langsung mencari pelaku pelemparan.
Sore sekitar pukul 17.00 Wita, mereka kembali mengadakan acara minum alkohol dan karaoke dengan mengundang teman-temannya datang ke bedeng.
“Barang Bukti yang di mankan satu tas berisi tiga handphone, satu besi linggis, satu besi cor, bambu, satu balok kayu dan satu motor Revo,” paparnya. (BP/OKA)