Ilustrasi sembahyang – Galungan jatuh pada 25 September 2024, sebelumnya ada rentetan piodalan yang tertulis di dalam lontar Sundarigama.
BALI, Balipolitika.com – Galungan akhir tahun 2024, jatuh pada 25 September 2024. Tinggal menghitung hari saja, umat Hindu akan merayakan hari suci besar ini.
Galungan biasa dirayakan pada wuku Dungulan. Namun sebelum wuku Dungulan, umat Hindu di Bali akan melewati beberapa wuku lainnya dalam sistem pawukon.
Di antaranya adalah wuku Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadean, hingga Sungsang.
Sebelum Galungan, ada wuku Kulantir hingga Sabtu. Hari suci wuku ini, jatuh pada Anggara Kasih Kulantir yaitu Selasa Kliwon Kulantir.
Dalam lontar Sundarigama, bahwa Bhatara Mahadewa melakukan yoga semadi. Makna dari Anggara Kasih Kulantir, adalah untuk menciptakan pertahanan diri.
Khususnya dari cobaan, rintangan, dan bencana lainnya dengan dasar cinta kasih. Sehingga hidup umat manusia tidak kulantar-kulantir.
Setelah pekan Kulantir, maka akan memasuki pekan dalam wuku Wariga. Pada wuku ini, umat Hindu akan merayakan hari suci Tumpek Panguduh pada Sabtu Kliwon Wariga.
Dalam lontar Sundarigama, makna Tumpek Panguduh ini untuk memohon anugerah kepada Sang Hyang Sangkara.
Agar ada kesuburan pada tumbuh-tumbuhan, sehingga dapat berbunga, berbuah, berdaun lebat, dan jadi sumber kehidupan bagi manusia.
Sedangkan bagi diri sendiri, makan Tumpek Panguduh ini adalah untuk menumbuhkan pikiran dan batin yang esoterik.
Melalui simbol cakra api di dalam diri, dalam upaya menghadang pengaruh pikiran dan perasaan hati yang buruk.
Tumbuh-tumbuhan selain sebagai sumber kehidupan, juga merupakan sumber banten upakara apalagi dalam menyambut hari suci Galungan dan Kuningan.
Kemudian masuk ke wuku Warigadean, ada hari suci pada Senin Pahing. Yaitu Bhatara Brahma melakukan yoga semadi.
Sehingga umat Hindu seharusnya melakukan persembahyangan, serta menghaturkan sesajen berupa sedah woh dan perlengkapannya sesuai kemampuan.
Dalam lontar, tempat melakukan persembahyangan itu adalah di paibon. Makna dari hari suci ini, adalah mensyukuri anugerah Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan penerangan luar biasa kepada umat.
Baik dalam kegelapan kehidupan maupun dalam kegelapan hati. Sebab dipercaya bahwa hati adalah tempat stana bagi Dewa Brahma.
Lalu masuk ke wuku Sungsang, maka umat Hindu akan melakukan persiapan dalam menyambut Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.
Sugihan Jawa jatuh pada Kamis Wage Sungsang, sedangkan Sugihan Bali jatuh pada Jumat Kliwon Sungsang.
Makna dari hari suci pada wuku Sungsang adalah untuk menjernihkan pikiran, sehingga lebih siap dalam menghadapi perubahan-perubahan.
Salah satunya adalah perubahan wujud, dan peran dewa yang terbalik atau sungsang. Atau dari peran sebagai pelindung beralih ke peran sebagai penyebar perselisihan.
Barulah setelah habis pekan wuku Sungsang, umat Hindu akan menyambut kedatangan wuku Dungulan dan Kuningan.
Yakni merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma, atau kebenaran melawan keburukan (kejahatan).
Galungan jatuh setiap 210 hari, yakni pada Rabu Kliwon Dungulan. Sedangkan Kuningan dirayakan setiap Sabtu Kliwon Kuningan. (BP/OKA)