Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYAAgama

Makna Tumpek Uduh, Penghormatan pada Tumbuh-Tumbuhan 

Jatuh pada Sabtu 31 Agustus 2024

Ilustrasi pohon dan tumbuhan – Tumpek Wariga, atau Tumpek Uduh dan Pengatag, adalah salah satu hari raya dalam Hindu Bali. 

 

BUDAYA, Balipolitika.com – Umat Hindu di Bali, akan merayakan hari suci Tumpek Wariga. Tepatnya pada Sabtu (Saniscara) Kliwon, Wuku Wariga, tanggal 31 Agustus 2024.

Dalam lontar Sundarigama, hari suci Tumpek Wariga dengan nama lain Tumpek Panguduh atau Tumpek Bubuh. Bahkan ada pula yang menyebutnya Tumpek Uduh.

Pada hari suci ini, umat Hindu agar melakukan persembahyangan dan membuat sesajen persembahan ke hadapan Sang Hyang Sangkara sebagai dewa penguasa tumbuh-tumbuhan.

Makna hari suci ini, adalah untuk memohon anugerah kepada Sang Hyang Sangkara.

Agar memberikan kesuburan kepada tumbuh-tumbuhan, sehingga dapat berbunga, berbuah, berdaun lebat, dan menjadi sumber kehidupan bagi umat manusia.

Sedangkan bagi diri sendiri, makna Tumpek Panguduh menumbuhkan pikiran dan batin yang esoterik melalui simbol pemberdayaan kekuatan cakra api di dalam diri.

Sebagai upaya menghadang pengaruh pikiran, dan perasaan hati yang buruk. Sehingga dengan perayaan hari suci Tumpek Uduh ini, umat Hindu agar mampu menumbuhkan kesuburan benih-benih kekuatan pikiran dan batin yang paling rahasia.

Hari suci bagi tumbuh-tumbuhan ini juga sebagai lambang, nilai kearifan lokal penerapan Tri Hita Karana.

Khususnya pada bagian Palemahan, yakni menjaga hubungan baik manusia dengan alam semesta dan segala isinya.

Tri Hita Karana adalah tiga sumber kebahagiaan umat Hindu. Yakni kebahagiaan yang muncul, dengan menjaga hubungan baik manusia dengan Tuhan.

Kebahagiaan yang tercipta dari menjaga hubungan baik manusia, dengan sesama manusia. Serta menjaga hubungan baik manusia dengan alam semesta, lingkungan dan isinya.

Dalam lontar Sundarigama, dalam perayaan hari-hari suci itu, ajaran Tri Hita Karana melalui bentuk upacara, susila, dan tattwa sebagai satu kesatuan.

Mengapa upacara kepada tumbuh-tumbuhan adalah hari suci?

Sebab upacara persembahan kepada Tuhan, dengan segala manifestasi beliau, adalah wujud rasa bakti umat Hindu kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sebab Tuhan merupakan sumber segala yang ada di dunia ini.

Kemudian implementasi nilai yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, adalah bentuk sesajen persembahan kepada Tuhan atau para dewa (Widhi Widana). (BP/OKA)


Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!