Pura Besakih – Kisah awal mula adanya Pura Besakih di Bali menarik untuk pembahasan. Tentu saja umat Hindu harus tahu akan hal ini.
BALI, Balipolitika.com – Pura Besakih adalah pura ibu, atau pura yang paling besar di Bali. Namun tak banyak yang tahu, kisah hadirnya Pura Besakih ini.
Dalam lontar Markandya Purna, dahulu kala sebelum adanya Pura Kahyangan Besakih. Kawasan tersebut adalah hutan belantara, dan di dalamnya terdapat pohon kayu.
Kemudian sebelum adanya selat Bali, atau dengan sebutan Segara Rupek. Pulau Bali bernama pulau Panjang. Kemudian kisah ini berkaitan dengan Rsi Markandeya.
Beliau yang seorang yogi, menganut aliran agama Hindu. Konon beliau bertapa di Gunung Demulung. Kemudian pindah ke Gunung Hyang, atau yang kini dengan sebutan Dieng di Jawa Tengah.
Setelah berapa lama beliau bertapa di sana, ada sebuah pawisik atau sabda dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Agar beliau bersama pengikutnya, merabas hutan di Pulau Dawa. Kemudian membaginya kepada para pengikutnya.
Ribuan orang pengikutnya, merabas hutan belantara sesuai di dalam pawisik. Namun karena tak ada upacara yadnya sebelumnya, akhirnya banyak pengikut beliau sakit bahkan sampai meninggal dunia.
Akhirnya perabasan hutan terhenti, kemudian sang yogi kembali ke tempat asal beliau bertapa. Ia sedih dan duka serta prihatin.
Akhirnya beliau bersama para pandita dan para rsi, bersama-sama memohon wara nugraha kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Agar perabasan hutan bisa berlangsung selamat. Bersama sisa pengikutnya, beliau membawa alat pertanian, serta bibit tanaman.
Kembali ke tempat semula, sang yogi bersama para rsi dan pandita melakukan yoga semadi. Singkat cerita, upacara Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya pun terlaksana.
Serta upacara Pratiwi Stawa. Setelah upacara selesai, kemudian para pengikutnya kembali menebang kayu dari selatan ke utara. Terlihat sudah cukup, akhirnya penebangan berhenti.
Kemudian lahan tersebut menjadi pemukiman, tegalan, hingga sawah. Di lokasi bekas awal mula perabasan hutan, sang yogi menanam kendi atau caratan.
Yang berisi air dan lima jenis logam, yaitu emas, perak, tembaga, besi, dan perunggu. Atau yang terkenal dengan sebutan Panca Datu (lima bebatuan).
Batuan utama ini, juga dengan sarana upakara. Kemudian tirta pangentas (air suci). Lalu di tempat lima batu itu, namanya Basuki.
Arti kata Basuki adalah selamat. Sebab akhirnya pembukaan lahan setelah upacara yadnya terlalui tanpa ada halangan, seperti sebelumnya.
Dari sinilah pula nama Besakih lahir, dari kata Basuki ini. Sebab adanya Kahyangan Basukih atau Besakih, tiada lain karena jasa dan kesucian rohani Rsi Markandeya setelah mengikuti petunjuk dari Sang Hyang Widhi Wasa.(BP/OKA)