Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Suana Krisis Air, Astungkara Warga Sental Kangin Punya 2 Tangki Besar

Inisiatif I Made Satria dan Ketut Leo

TULUS IKHLAS: Sumbangsih I Made Satria, S.H. dan adik kandungnya, I Ketut Lea Wijaya atau yang akrab disapa Ketut Leo menjawab krisis air bersih di Banjar Adat Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida yang dibangun sejak 2014 dan tuntas 2016 silam.

 

KLUNGKUNG, Balipolitika.com- Saat warga Desa Adat Karangsari, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida terpaksa harus membeli  1 tangki air bersih berisi 1.100 liter seharga Rp200.000 sejak 2 bulan terakhir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, minum, mencuci, hingga mandi, hal sebaliknya dialami oleh warga Banjar Adat Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida. 

Persoalan krisis air di lokasi tersebut sudah dijawab tuntas oleh I Made Satria, S.H. dan adik kandungnya, I Ketut Lea Wijaya atau yang akrab disapa Ketut Leo.

Sudah sangat lama mobil tangki air bersih tidak datang lagi ke Banjar Adat Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida sebab sejak 8 tahun lalu, I Made Satria dan Ketut Leo mendatangkan ahli untuk menemukan sumber air yang selanjutnya dibor menjawab krisis air di lokasi tersebut. 

Sejak tahun 2016, dua buah tangki air bersih berukuran raksasa berdiri megah di ketinggian bersebelahan dengan kediaman I Made Satria. 

2 tangki air berbahan aluminium berukuran raksasa itu kini menjawab kebutuhan sehari-hari warga setempat yang kurang lebih berjumlah 50 kepala keluarga. 

Sebelum tahun 2016, Keliang (Kelian) Pura Paibon Sire Arya Kuta Waringin, Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, I Putu Wididana (32 tahun) tak menampik bahwa warga setempat, khususnya di musim kemarau mengalami krisis air bersih hingga harus membeli air dengan harga mahal. 

Hingga akhirnya “tangan dingin” kakak beradik I Made Satria dan Ketut Leo menjawab permasalahan menahun tersebut dibantu kecanggihan teknologi.

I Putu Wididana mengatakan sebelum ada tandon atau tangki air untuk menyimpan air dari sumur bor itu, masyarakat di banjarnya mengalami kesusahan air bersih. 

“Dulu sangat susah kami memperoleh air bersih di musim kemarau saat cubang-cubang warga mengering. Sebelum ada pengeboran air atas inisiatif Pak Made Satria dan Pak Ketut Leo masyarakat di sini harus mengambil dari cubang (tempat menyimpan air hujan, red). Jika cubang kering kami terpaksa harus membeli air. Beruntung ada Pak Satria dan Pak Leo. Kalau tidak tentu sampai saat ini kami harus membeli,” ucap I Putu Wididana dibenarkan oleh Jero Mangku Pura Paibon Arya Kuta Waringin, Banjar Senta Kangin, Desa Ped, Nusa Penida, I Nyoman Parta (60 tahun), Sabtu, 3 Agustus 2024.

Mengandalkan air hujan yang ditampung di cubang, Jero Mangku I Nyoman Parta berkisah kala itu warga setempat harus membeli air dengan harga per tangki mencapai Rp100 hingga Rp150 ribuan.

“Jadi dulu itu kita harus nunggu air hujan. Pokoknya susah. Kami sangat berterima kasih pada Pak Made Satria dan Pak Ketut Leo yang ikhlas menyisihkan rezekinya untuk masyarakat. Itu mereka lakukan sebelum di berpolitik. Sumur bor ini dibangun tahun 2014 dan tuntas tahun 2016 karena mata bor yang digunakan harus khusus karena tanah kami di Nusa Penida berupa bebatuan keras. Sejak tahun 2016 sampai sekarang, astungkara kami tidak lagi kesusahan air bersih,” paparnya.

Soal biaya pembuatan sumur bor dalam rangka menyediakan akses air bersih tersebut, I Putu Wididana memperkirakan kakak beradik I Made Satria dan Ketut Leo setidaknya menghabiskan uang Rp500 juta lantaran sumber air yang berada di kedalaman lebih dari 100 meter.

“Semua yang dikeluarkan untuk sumur bor ini dari dana pribadi Bapak Made Satria dan Bapak Ketut Leo. Jauh-jauh hari sebelum mereka berpolitik. Saat itu dibuat saya belum jadi kelian,” bebernya.

Murni sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat luas, I Putu Wididana menekankan bahwa I Made Satria dan Ketut Leo sama sekali tidak mengambil keuntungan dari sumur bor tersebut.

“Delapan tahun ini kami sangat-sangat terbantu. Itu bersih uang pribadi Pak Made Satria dan Ketut Leo Wijaya. Mereka tidak mengambil keuntungan apa pun,” ungkap I Putu Wididana. 

Diketahui, di bagian Nusa Penida yang lain, saat ini truk tangki air bersih sibuk melayani kebutuhan pembelian air bersih warga; salah satunya di Desa Suana.

Bukan sehari atau dua hari, melainkan sudah sejak 2 bulan terakhir.

Salah seorang warga setempat bernama I Wayan Sugiarta mengaku air hujan yang ditampung keluarganya di cubang sudah habis.

Karena air bersih merupakan kebutuhan yang maha penting, ia pun terpaksa membeli air tangki.

Warga lainnya, yakni Nyoman Bawa mengaku rutin membeli air tangki saat musim kemarau tiba, antara bulan Maret hingga Oktober.

Kepada redaksi Balipolitika.com, Nyoman Bawa mengaku keperluan air tersebut ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, minum, mencuci, hingga mandi.

Dalam kondisi super hemat, satu tangki air bersih berisi 1.100 liter,  umumnya digunakan untuk kebutuhan kurang lebih satu bulan.

Ia bersama warga dari 10 KK urunan mengeluarkan uang senilai Rp200 ribu untuk pembelian satu tangki air bersih tersebut.

“Kadang tidak sampai sebulan, sudah habis,” keluhnya, Senin, 5 Agustus 2024.

Nominal Rp200.000 untuk satu tangki air bersih ungkap Nyoman Bawa terbilang cukup mahal karena pada musim kemarau sebelumnya ia dan warga lainnya merogoh dompet Rp150.000.

Namun, karena tidak ada pilihan lain, harga mahal tersebut tidak dipermasalahkan oleh warga setempat; yang penting bisa memperoleh air bersih. (bp/ken)


Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!