Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Parta Titip Flashdisk 21 Titik Pengoplosan LPG di Bali ke Pertamina

SERAHKAN BUKTI: Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Bali, I Nyoman Parta menyerahkan sebuah flashdisk berisi bukti terkait 21 titik pengoplosan di Bali kepada  Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Wiko Migantoro di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Rabu, 12 Juni 2024.

 

JAKARTA, Balipolitika.com- Tragedi meledak dan terbakarnya Gudang Eceran Gas Elpiji CV Bintang Bagus Perkasa milik Sukojin di Jalan Kargo Taman I No. 89 Banjar Uma Sari, Desa Ubung Kaja, Denpasar, Minggu, 9 Juni 2024 menjadi bahasan khusus di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 12 Juni 2024. 

Merenggut 5 nyawa dari total 18 korban hingga Rabu, 12 Juni 2024, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Bali, I Nyoman Parta menantang para pejabat teras Pertamina di antaranya Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Wiko Migantoro dan Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan bersama jajaran untuk datang langsung ke Pulau Dewata mengurai “benang kusut” praktik pengoplosan gas yang berlangsung “aman” dan “nyaman” selama bertahun-tahun. 

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) tersebut, I Nyoman Parta membeberkan terkait besarnya data gas oplosan di Bali yang harus menjadi atensi khusus dari aparat berwenang, khususnya Mabes Polri. 

“Ini yang harus Bapak/Ibu antisipasi. Saya sudah pernah berulang kali menyampaikan informasi ini ke pihak Pertamina, khususnya tentang lokasi-lokasi oplosan. Ada informasi, data masuk ke saya, sudah saya flashdisk Ibu, jadi saya serahkan 21 lokasi pengoplosan. Kenapa oplosan laku di Bali karena usaha berkembang di Bali,” bebernya. 

Kata I Nyoman Parta dirinya intens berkomunikasi dengan Sales Area Manager Pertamina Patra Niaga Bali Endo Eko Satriyo yang terkesan gelagapan dan heran menyikapi persoalan pengoplosan gas LPG 3 kg ke tabung 12 kg dan 50 kg di Bali. 

Praktik melanggar hukum itu terjadi jelasnya karena oplosan gas LPG sangat laku di Pulau Dewata dan parahnya diduga disalurkan juga oleh agen resmi Pertamina.

Gas LPG 3 kg dipindah ke 12 kg, dipindah ke 50 kg. Yang 50 kg ini dijual Rp700 ribu, sementara harga komersialnya adalah Rp950 ribu hingga Rp1 jutaan. Yang 12 kg dijual Rp150 ribu, harga komersialnya adalah Rp195 ribu sampai Rp210 ribu sehingga gas 3 kg untuk rakyat jadi habis. Saya terus terang, mohon maaf, melihat orang tua karena tidak punya motor nenteng gas 3 kg ke mana-mana tidak menemukan (LPG 3 kg, red). Sedih sekali saya melihat kejadian itu. Oleh karena itu, ini harus ditindak. Tiga hari yang lalu sudah meledak satu tempat. Korbannya 18 orang pekerja oplosan. 3 sudah meninggal (terupdate 5 korban meninggal, red), 11 orang lukanya lebih dari 80 persen. Mereka bekerja di dalam dan dari luar dikunci sehingga mereka dalam posisi luka naik tembok, naik gudang,” beber I Nyoman Parta. 

Di hadapan peserta rapat dengar pendapat tersebut, I Nyoman Parta menegaskan bahwa Gudang Eceran Gas Elpiji CV Bintang Bagus Perkasa milik Sukojin di Jalan Kargo Taman I No. 89 Banjar Uma Sari, Desa Ubung Kaja, Denpasar yang meledak dan terbakar Minggu, 9 Juni 2024 terang-benderang adalah tempat pengoplosan. 

“Ini datanya jelas banget. Ini gudang tidak seperti outlet agen. Tidak ada ciri khas, agen resmi Pertamina. Itu kan ada ciri khasnya. Gudang ini tidak ada outletnya seperti itu. Kedua, di gudang ini banyak mobil-mobil tidak bertuliskan Pertamina atau identitas lainnya. Agen-agen di Bali dan luar Bali tidak ada yang mempekerjakan orang sebanyak itu karena memang tidak ada pekerjaan di agen. Gas ketika diambil di SPBE sudah langsung masuk pangkalan. Nggak ada aktivitas menurunkan gas di agen. Untuk apa ada 18 orang? Meledaknya di jam 05.30 pagi. Adakah pekerjaan normal urusan gas dari agen jam 05.30 pagi? Itu adalah tempat pengoplosan,” terang I Nyoman Parta.

Imbuh I Nyoman Parta, Ahad Rahedi Area Manager Communication, Relations and CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus pun sudah menyatakan bahwa gudang LPG yang meledak dan terbakar itu bukan agen resmi Pertamina.

“Sudah clear. Itu adalah tempat pengoplosan. Nah, lalu setelah pengoplosannya bagaimana? Saya sudah menyampaikan berita berulang-ulang tentang ini. Informasi lokasi, sampai pelakunya, sampai orangnya saya kirim ke Pertamina, tidak pernah ada tindak lanjut,” sentilnya. 

“Di forum yang terhormat ini, agar tidak terus-terusan gas subsidi atas kebaikan negara ini masuk ke tempat yang salah, salah sasaran, dioplos untuk kejahatan bahkan didapat orang yang tidak berhak; masak bule-bule menggunakan gas 3 kg, nenteng-nenteng gas?KTP-nya dari mana? Itu terjadi karena tidak ada pengawasan,” sambung politisi asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar itu. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!