Ilustrasi – Jangan lupa sembahyang saat Tumpek Landep pada 22 Februari 2025.
BALI, Balipolitika.com – Pada Sabtu, tanggal 22 Februari 2025, adalah hari Tumpek Landep. Pada hari Tumpek Landep adalah hari pujawali Bhatara Siwa, serta hari payogan dari Hyang Pasupati.
Untuk upakara atau banten, persembahan ke hadapan Bhatara Siwa. Bantennya berupa tumpeng putih dan kuning satu dulang. Dengan daging ayam, ikan asin, terasi warna merah, sedah woh 25 biji.
Kemudian banten persembahan ke hadapan Hyang Pasupati, adalah sasayut pasupati satu, sasayut jayeng perang satu, suci, daksina, peras, canang wangi, pasucian.
Pemujaan biasanya melalui senjata dan barang-barang yang serba lancip. Dalam lontar Sundarigama, makna upacara Tumpek Landep, adalah memohon ke hadapan Hyang Pasupati agar berkenan menganugerahkan ketajaman pikiran.
Serta ketangguhan dalam menghadapi perjuangan hidup. Tumpek dalam Hindu, khususnya di Bali adalah sebagai hari untuk mengingatkan agar umat manusia tidak melupakan dan tidak menjauh dari Hyang Maha Wisesa atau Tuhan. Sebab segala yang ada di dunia ini, adalah ciptaan Tuhan.
Kemudian dalam banyak literatur, Hyang Aji Pasupati adalah seorang maha suci yang dahulu menurunkan sapta dewata-dewati. Ini berkaitan dengan silsilah bhagawanta, sebagai penuntun umat untuk dapat kembali meyakini Dharma.
Dalam Purana Dewa Tattwa, bahwa setelah Hyang Pasupati melakukan yoga di Gunung Semeru. Kemudian dalam Babad Dalem dan babad lainnya, Ida Bhatara Hyang Pasupati di Semeru mengadakan putra dari yoganya. Kemudian putra itu mendapat titah agar ke Bali.
Beberapa putra beliau adalah Ida Bhatara Putra Jaya di Besakih, Ida Bhatara Gnijaya di Lempuyang Luhur, Ida Bhatari Danu di Ulun Danu Batur, Ida Bhatara Hyang Tugu di Gunung Andakasa, Karangasem.
Ida Bhatara Hyang Manik Gumawang, di Gunung Beratan. Ida Bhatara Hyang Manik Gelang di Pejeng. Serta Id Bhatara Hyang Tumuwuh di Gunung Batukaru.
Sehingga bahwa Hyang Pasupati, adalah sumber dari semua leluhur khususnya di Bali. Untuk itu pula diharapkan dalam Tumpek Landep ini, agar umat manusia tidak melupakan leluhurnya.
Perayaan Tumpek Landep biasanya setelah Pagerwesi dan Saraswati. Kaitan ini sangat penting, karena saat Saraswati ilmu pengetahuan turun ke dunia.
Kemudian ilmu pengetahuan harapannya mengalir terus bak air, saat Banyupinaruh. Lalu terpagari dalam diri saat Pagerwesi, sehingga tidak mudah goyah.
Nah kian tajam saat Tumpek Landep, sehingga ilmu pengetahuan mampu membawa manusia ke jalan yang benar. (BP/OKA)