INGATKAN: Bagus Hiscak Maulana, Ketua Bid XII Bidang Investasi dan Kerjasama Antar Daerah, HIPMI Bali, saat diwawancarai awak media. (Sumber: Gung Kris)
BADUNG, Balipolitika.com- Adanya tren “sing beling sing nganten” atau tidak hamil tidak menikah di kalangan generasi muda Bali, ditenggarai menjadi salah satu penyebab maraknya temuan kasus bayi ditelantarkan/dibuang dan menjadi pemicu meningkatnya angka penularan HIV/AIDS di Provinsi Bali beberapa waktu belakangan ini, dikutip Senin, 3 Maret 2025.
Bukan tanpa alasan, tren “sing beling sing nganten” yang sudah menjadi budaya dikalangan muda-mudi Bali, identik dengan gaya hidup seks bebas dan bergonta-ganti pasangan, selain sangat rawan akan penularan virus HIV/AIDS tren dikalangan generasi muda Bali ini juga ditenggarai sebagai salah satu penyebab maraknya temuan kasus bayi terlantar di Bali, seperti kasus penemuan bayi di Sidakarya dan Penebel beberapa waktu lalu.
Sementara adanya keterkaitan tren “sing beling sing nganten” terhadap resiko penularan HIV/AIDS, dinilai dari tingginya angka temuan kasus di Provinsi Bali, mencapai total 31361 kasus, hingga kurun waktu September 2024.
Berdasarkan data komulatif dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali hingga November 2024, tercatat kalangan remaja rentang umur 20-29 tahun paling mendominasi dengan temuan sebanyak 11401 kasus, sebanyak 4562 kasus ditemukan di Kabupaten Badung, 1975 diantaranya merupakan remaja Badung dengan persentase 16,1% merupakan remaja laki-laki.
Adanya fenomena tersebut mendapat tanggapan dari salah satu Tokoh Muda Bali, Bagus Hiscak Mualana, kepada wartawan ia mengatakan, jangan sampai adanya tren “sing beling sing nganten” yang berkembang dikalangan anak muda Bali ini membuat anak muda jadi seenaknya untuk melakukan seks bebas, yang sangat beresiko akan penularan virus berbahaya.
“Melihat tingginya angka temuan kasus HIV di Bali, saya kembali mengingatkan kepada anak-anak muda Bali agar tren (sing beling sing nganten, red) tidak dijadikan motivasi bagi kalian untuk seks bebas. Tren ini bisa positif jika memang kalian yakin dengan satu pasangan saja, bukan berarti adanya tren ini mengharuskan kalian untuk bergonta-ganti pasangan, ini yang berbahaya,” ungkapnya.
Selain itu, pemuda yang menjabat sebagai Ketua Bid XII HIPMI Bali itu juga mengingatkan, pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seks yang berfungsi untuk mengurangi resiko penularan virus HIV/AIDS, menjadi langkah awal antisipasi yang perlu dilakukan anak muda Bali.
“Pentingnya anak muda untuk aware (hati-hati, red), apalagi kita sebagai cowo penting untuk selalu menggunakan alat kontrasepsi untuk mengurangi resiko penularan HIV. Saya rasa, tren sing beling sing nganten positif, jika nak teruna bisa lebih aware dan pentingnya setia terhadap satu pasangan saja,” tambahnya.
Lebih lanjut Hiscak berharap, generasi muda Bali bisa lebih bijak dalam menyikapi tren “sing beling sing nganten” ini, mengisi diri dengan hal-hal positifnya yakni setia dengan satu pasangan dan menjauhkan diri dari hal-hal negatifnya yakni seks bebas. (bp/GK)