GIANYAR, Balipolitika.com- Berlokasi di sekitar Pantai Pabean, Ketewel, Sukawati, Gianyar, Yayasan IDEP Selarasa Alam bersama Save the Children Indonesia & BPBD Gianyar mengadakan Pelatihan Safequake+ 2024.
Pelatihan ini mensimulasikan Tanggap Darurat Bencana Ancaman Megathrust yang Ramah Anak dan Peduli Lingkungan, dan diikuti oleh 15 peserta dari 8 lembaga seluruh Indonesia.
Skenario simulasi: Gempa Megathrust melanda Bali hari Sabtu, 16 November 2024. Gempa berkekuatan M 8,4 yang terjadi sore sekitar pukul 18.45 WITA ini telah menimbulkan kerusakan dan dampak besar bagi ribuan warga, terutama di Desa Ketewel, Gianyar.
Bencana ini tidak hanya menyebabkan kerusakan parah pada rumah-rumah dan infrastruktur, tetapi juga memaksa 5.468 warga untuk mengungsi ke penampungan darurat.
Gempa ini menyebabkan korban jiwa sebanyak 350 orang, termasuk anak-anak dan lansia.
Data sementara menunjukkan jumlah pengungsi di seluruh Desa Ketewel mencapai lebih dari 5.400 jiwa, di mana 1.823 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun, sementara 651 adalah lansia.
Di Banjar Pabean, terdapat 120 keluarga yang mengungsi dengan kepadatan hingga lebih dari 20 orang per tenda.
Skenario simulasi tersebut menjadi acuan dalam skema pelatihan langsung yang dijalankan selama tiga hari, dari 18-20 November 2024.
Menurut Muchamad Awal selaku Direktur Eksekutif IDEP, skenario yang matang sangat diperlukan dalam penguatan kapasitas lembaga dalam tanggap darurat.
Pasalnya, isu megathrust yang masih hangat sampai hari ini perlu diimbangi dengan praktik pelatihan nyata sebagai antisipasi dan mitigasi terhadap prediksi ancaman bencana tersebut dengan perspektif yang ramah anak dan peduli lingkungan.
“Misalnya ketika membuka donasi, kita juga sudah menentukan bagaimana bantuan itu bisa meminimalisir adanya sampah dan cari solusi yang jangan sampai semakin mencemari lingkungan di lokasi bencana. Evakuasi, distribusi, dan akses untuk memberikan bantuan juga mesti perlu melihat pada kelompok rentan, termasuk memperhatikan bahwa anak-anak juga mendapatkan hak yang sama dan memastikan keamanan mereka,” terangnya.
Simulasi hari pertama fokus pada proses asesmen dan penyusunan dokumen tanggap darurat, sementara di hari berikutnya, simulasi berjalan dengan beberapa kejadian tambahan yang memberikan pengalaman tanggap darurat bencana sebagai bagian dari skenario.
“Hari ini simulasi berjalan dengan beberapa kejadian yang memberikan pengalaman tanggap darurat bencana bagi peserta Safequake+ seperti aktivasi dapur umum dan sumber air untuk dikonsumsi, operasi Search and Rescue (SAR) untuk seorang anak yang hilang, rapat koordinasi klaster membahas skema tanggap darurat bencana, simulasi media spoke person untuk media massa, penyusunan proposal untuk pihak donor, serta koordinasi antar kelompok untuk menyatukan rancangan tanggap darurat dalam satu proposal sebagai bentuk koordinasi yang baik antara peserta,” terang Bernando Halauwet selaku Quality Control IDEP, yang dalam simulasi bertindak sebagai koordinator Tim Emergency Response IDEP.
Evaluasi simulasi dilakukan pada 20 November 2024 sebagai tindak lanjut proses pelatihan langsung oleh para peserta. Tujuannya, supaya hasil dari pelatihan tercatat dan dapat diimplementasikan langsung dalam tanggap darurat bencana yang nyata. (bp/dp/ken)