Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Diduga Ada Operator Pengendali Cewek Michat LKDS

Usut Tuntas Terbunuhnya Anggota Mabes Polri di Bali

BELAJAR DARI KASUS BRIPDA FITRAH NUR SYAMSA: Aplikasi Michat terbukti memuluskan bisnis esek-esek di banyak lokasi di Provinsi Bali, salah satunya di Hotel Permata Dana, Jalan Pidada V, Ubung, Denpasar. Diduga kuat tawar menawar dan kesepakatan harga dari Rp700.000 menjadi Rp500.000 tidak dilakukan oleh Bripda Fitrah Nur Syamsa dan Luh Kerti Dana Sari, melainkan oleh operator yang seolah-olah merupakan si cewek michat.

 

DENPASAR, Balipolitika.com– Aplikasi Michat terbukti memuluskan bisnis esek-esek di banyak lokasi di Provinsi Bali, salah satunya di Hotel Permata Dana, Jalan Pidada V, Ubung, Denpasar.

Diduga kuat tawar menawar dan kesepakatan harga dari Rp700.000 menjadi Rp500.000 tidak dilakukan oleh Bripda Fitrah Nur Syamsa dan Luh Kerti Dana Sari, melainkan oleh operator yang seolah-olah merupakan si cewek michat.

Dengan kata lain, selama korban dan oknum pengendali Luh Kerti Dana Sari berkomunikasi, Luh Kerti Dana Sari asli sudah berada di kamar nomor 37 Hotel Permata Dana, Jalan Pidada V, Ubung, Denpasar.

Dugaan ini menguat karena diketahui korban yang merupakan anggota Mabes Polri ini sempat berkomunikasi dengan sang operator kala menuju kamar nomor 37 Hotel Permata Dana, Jalan Pidada V, Ubung, Denpasar.

Oleh operator korban diminta memfoto bagian depan hotel untuk memastikan ia sudah tiba di lokasi dan serius ingin bertransaksi tubuh.

Setiba di lokasi, sang operator langsung mengarahkan korban menuju kamar dimaksud.

Dalam penelusuran yang dilakukan, motif ini berlaku hampir di semua hotel yang dijadikan transaksi esek-esek menggunakan aplikasi michat, khususnya di seputaran Denpasar.

Seorang pengguna aplikasi michat kepada redaksi mengatakan bahwa tak jarang saat si cewek michat masih melayani pria hidung belang di kamar, pria hidung belang lainnya sudah menunggu di depan pintu kamar.

Si cewek michat pun kerap kali tidak tahu-menahu berapa pria hidung belang membayar jasa servis seksualnya karena tawar-menawar sepenuhnya dilakukan oleh operator.

“Jadi pihak kepolisian harus memeriksa juga pemilik hotel dan menjeratnya dengan hukum sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku jika terbukti mereka menyewakan hotelnya untuk tempat esek-esek. Apalagi terbukti jika hotel itu sengaja diisi cewek-cewek michat di setiap kamarnya yang siap melayani para hidung belang. Ini jelas-jelas pelanggaran hukum dan pihak berwajib harus bertindak sehingga tidak ada korban jiwa lagi,” harap salah seorang masyarakat yang meminta namanya tidak dituliskan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, gara-gara meminta uang senilai Rp500.000 yang dibayarkan di depan dikembalikan karena Luh Kerti Dana Sari di layar michat tak seperti aslinya, nyawa Bripda Fitrah Nur Syamsa, seorang Bintara Polisi Angkatan 44 Tahun 2019-2020 Resimen Branavadasa XLIV Satya Haprabu melayang, Rabu, 16 November 2022 dini hari.

Bintara muda yang ditugaskan BKO pengamanan KTT G20 itu diketahui menyepakati harga Rp500.000 dari penawaran awal operator Luh Kerti Dana Sari senilai Rp700.000.

Musibah bagi Bintara Polisi Angkatan 44 Tahun 2019-2020 Resimen Branavadasa XLIV Satya Haprabu itu dimulai saat membuka aplikasi Michat saat stand by di Hotel Aston Denpasar, Selasa, 15 November 2022.

Korban lantas berkenalan dengan operator Luh Kerti Dana Sari yang dilayar Michat tampak bening, berkulit bersih, tubuh seksi cantik bak bidadari.

Tampilan menggoda ini membuat korban yang berasal dari Kabupaten Barru, Makassar, Sulawesi Selatan terpancing dan sepakat bertemu di kamar nomor 37 Hotel Permata Dana, Jalan Pidada V, Ubung, Denpasar.

Malapetaka dimulai saat keduanya sudah berada di dalam kamar dan Bripda Fitrah Nur Syamsa meminta Luh Kerti Dana Sari menyalakan lampu setelah korban memberikan uang Rp500.000 sebagai tanda sepakat berhubungan badan.

Lampu hidup, syok, korban menagih kembali uang yang dibayarkannya di depan senilai Rp500 ribu.

Melihat penampilan asli Luh Kerti Dana Sari, korban terkejut dan mengurungkan niatnya untuk berhubungan badan.

Saat di-cancel, Luh Kerti Dana Sari marah dan tidak mau mengembalikan uang yang sudah dalam genggamannya.

Ia memilih berteriak histeris hingga datanglah si pembunuh Alvin yang berstatus driver antar jemput lonte alias anjelo.

Korban didorong-dorong, sebelum akhirnya Alvin menghujamkan senjata tajam di leher kanan anggota Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) itu. (bp)  

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!