DENPASAR, Balipolitika.com- Selain turun langsung ke lapangan, Made Muliawan Arya, S.E., M.H. atau akrab disapa De Gadjah akan menyiapkan wadah khusus dalam bentuk podcast untuk menyerap aspirasi masyarakat Bali yang terzolimi.
Penegasan itu disampaikan di panggung perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-12 Relawan De Gadjah (RDG) bersamaan dengan peresmian De Gadjah Center atau Yayasan De Gadjah Bali di Sekretariat De Gadjah Center, Renon, Denpasar, Minggu, 20 April 2025.
De Gadjah yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerakan Indonesia Raya (DPD Gerindra) Provinsi Bali menegaskan bahwa De Gadjah Center bukan hanya markas relawan, melainkan “rumah masyarakat”.
Tempat ini dirancang menjadi wadah penyaluran aspirasi serta ruang pengaduan bagi warga Pulau Dewata yang merasa terzolimi.
“Kenapa ada De Gadjah Center? Karena tempat ini strategis. Sekretariat ini adalah tempat di mana saudara-saudara kita bisa mengadu, bukan hanya relawan, tapi siapa pun masyarakat yang punya masalah umum,” ujar De Gadjah.
Podcast Pengaduan De Gadjah
Menariknya, De Gadjah juga mengungkapkan rencana peluncuran podcast khusus untuk menampung suara-suara masyarakat kecil.
Dalam dua bulan ke depan, podcast tersebut akan mengudara dan De Gadjah akan bertindak sebagai host.
“Bukan untuk cari orang viral atau terkenal. Podcast ini menghadirkan masyarakat yang terzolimi. Saya sendiri yang akan jadi host. Bayangkan De Gadjah jadi host, bisa-bisa kalian gagal fokus nonton nanti,” ujar De Gadjah disambut tepuk tangan audiens.
Walau terbuka untuk umum, De Gadjah mengingatkan bahwa De Gadjah Center tetap menjunjung tinggi etika dan adab.
Masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi di tempat ini tetap harus mengikuti aturan dan tata krama yang berlaku.
“Ini rumah masyarakat, tapi bukan sembarang masuk. Ada tata krama,” tegasnya.
Dengan hadirnya De Gadjah Center, RDG, dan masyarakat Bali kini memiliki tempat pengaduan, edukasi, hingga pengembangan komunitas sosial-politik yang lebih luas.
Sebelumnya diberitakan, RDG menggelar serangkaian kegiatan sosial hingga pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se-Bali, serta peresmian De Gadjah Center atau Yayasan De Gadjah Bali ditandai pelepasan 12 ekor merpati putih memaknai HUT ke-12 di Sekretariat De Gadjah Center, Renon, Denpasar, pada Minggu, 20 April 2025 malam.
Selain dihadiri ratusan anggota RDG, acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh penting, seperti pengurus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Bali, anggota DPRD Fraksi Partai Gerindra se-Bali, serta mantan Bupati Bangli dua periode, I Made Gianyar.
Pada kesempatan itu De Gadjah menjelaskan makna persaudaraan, loyalitas, dan No Drama.
Ia menyebut filosofi RDG yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan loyalitas.
Tegas De Gadjah loyalitas harus dicurahkan kepada orang-orang yang benar dan memiliki tujuan yang jelas untuk membantu masyarakat.
“Kalau loyal pada orang yang salah, kita bisa hancur. Saya pernah mengalami itu. Dan saya akhirnya loyal kepada seorang Pak Prabowo end up-nya saya sebagai Ketua DPD dan hampir menjadi, hampir jadi gubernur,” ujar Ketua Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Provinsi Bali masa bakti 2025-2029 itu.
Imbuh De Gadjah, konsep “No Drama” yang jadi ciri khas RDG ia bawa dari pengalaman pribadi saat merantau di Amerika Serikat.
Menurutnya, “No Drama” adalah versi modern dari filosofi Tri Kaya Parisudha, yakni menyelaraskan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
“RDG adalah dari relawan untuk keluarga, dari relawan untuk relawan, dan dari relawan untuk masyarakat. Tapi jangan sampai karena sibuk jadi relawan, malah nggak punya pekerjaan,” pesan De Gadjah yang juga mengemban amanah sebagai Ketua DPD Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Beladiri (Periksha) Bali itu sambil mengingatkan bahwa RDG bukan dinas sosial, tapi komunitas berjiwa sosial. (bp/ken)