DENPASAR, BaliPolitika.Com– Perayaan hari suci Galungan dan Kuningan yang dimaknai kemenangan dharma melawan adharma dipastikan berbeda. Ahli Virologi and Molecular Biologi Universitas Udayana, Profesor. Dr. Drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengajak pemeluk agama Hindu, khususnya di Indonesia dan Provinsi Bali untuk menunaikan persembahyangan pada Budha Kliwon Dungulan, Rabu, 16 September 2020 dan Kuningan di rumah saja.
Prof. Mahardika menyebut kasus yang disebabkan virus SARS Cov-2 di Bali meroket di awal bulan September 2020. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 Provinsi Bali melaporkan tambahan kasus 13 hari terakhir berjumlah 2.019 kasus. Dalam rentang 13 hari virus SARS Cov-2 merenggut 106 korban jiwa di Bali. Rinciannya pada Selasa (1/9) 160 kasus, 2 pasien meninggal dunia; Rabu (2/9) 169 kasus, 5 meninggal dunia; Kamis (3/9) 174 kasus, 4 meninggal dunia; Jumat (4/9) 196 kasus, 9 meninggal dunia; Sabtu, (5/9) 165 kasus, 10 meninggal dunia; Minggu (6/9) 141 kasus, 7 meninggal dunia; Senin (7/9) 173 kasus, 11 meninggal dunia; Selasa (8/9) 164 kasus, 12 meninggal dunia, Rabu (9/9) 174 kasus, 14 meninggal dunia; Kamis (10/9) 111 kasus, 9 meninggal dunia; Jumat (11/9) 144 kasus, 10 meninggal dunia; Sabtu (12/9) 135 kasus, 7 meninggal dunia; dan Minggu (13/9) 113 kasus, 6 meninggal dunia.
Total kasus positif Covid-19 di Bali sebanyak 7.226 orang. 7.201 WNI dan 25 WNA. Jumlah pasien sembuh 5.691, meninggal dunia 172 orang (2 WNA), dan pasien dalam perawatan sebanyak 1.361 orang. Terdiri atas 1.358 WNI dan 3 WNA.
Demi menciptakan Galungan dan Kuningan aman Covid-19, Prof. Mahardika mengedukasi masyarakat agar beradaptasi atau melakukan sejumlah penyesuaian. “Kita bisa menyesuaikan sembah bakti kita agar aman Covid-19. Niki bukan ilmu roket. Kemauan dan displin saja syaratnya. Silahkan mengembangkan sendiri strateginya,” ungkapnya.
Dua hal penting ditegaskan guru besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana itu. Dia mengajak masyarakat cukup sembahyang di merajan keluarga saja. Itupun jika hanya merajan kecil. Pengempon hanya keluarga satu rumah. Kedua, pelayanan sembahyang di pura kahyangan tiga diberikan sehari dari pagi sampai sore atau malam sehingga umat bisa memilih waktu yang sepi.
“Kalau mau aman, jarak pemedek yang bukan dari satu keluarga dua meter. Sampunan tawahine (jangan ditawar). Lebih pendek, lebih berisiko. Sediakan tempat cuci tangan dengan desinfektan ring genah ngeranjing (di pintu masuk). Kaporit becik tur irit air. Pemedek mangde ngangge masker. Ten memasker sampunan diizinkan ngeranjing, cukup ring jaba pura manten. (Kaporit bagus dan irit air. Umat harus pakai masker. Tidak pakai masker jangan dizinkan masuk, cukup di lua pura utama saja),” ungkapnya. Aturan yang sama, imbuhnya juga berlaku di pura dadia, kawitan, sad kahyangan, dan lain-lain. (bp)