DENPASAR, Balipolitika.com– Permohonan maaf telah berulang kali disampaikan Manajemen PT Kreasi Bali Prima sebagai perusahaan sektor industri pariwisata dan hiburan yang menaungi Atlas Super Club, Bali, Indonesia.
Selain menggelar upacara Guru Piduka di Pura Desa Lan Puseh Desa Adat Berawa Jalan Pantai Berawa, Banjar Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, bertepatan dengan hari turunnya ilmu pengetahuan atau Hari Suci Saraswati, Sabtu 8 Februari 2025, pada Senin, 10 Februari 2025 pihak Atlas Super Club kembali hadir ke Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali.
Kali ini, Manajemen Atlas Super Club dipimpin Adi selaku Direktur Humas mendatangi PHDI Bali dan Tim Hukum PHDI Bali dalam rangka menyerahkan “Surat Pernyataan Maaf” kepada umat Hindu, khususnya di Bali pasca suasana gaduh akibat tayangan simbol menyerupai Dewa Siwa di Atlas Super Club, Tibubeneng, Badung, 30 Januari 2025 lalu.
Adi menyerahkan pernyataan maaf dari Direktur Atlas PT Kreasi Bali Prima tertanggal 6 Februari 2025 ditandatangani oleh Ruswandi selaku Direktur, dan bertanda tangan selaku mengetahui Citra Yunita (Director of Event), Randy Aditya Hutabarat (Director of Human Resources), Andyna Sany (Director of Marketing Creative), Dimar Priyo Hutomo (Governance Relation Manager), Marc Spanjol (GM Facility and Management), Joseph Addo (GM Operasional).
Walaupun Manajemen Atlas Super Club sudah menyampaikan maaf secara langsung dan menggelar upacara Guru Piduka di Pura Banjar Adat Berawa, Desa Tibubeneng, polemik tentang tayangan simbol menyerupai Dewa Siwa di klub malam itu sampai sekarang masih bergulir di media sosial.
Bahkan ada yang mendesak aparat penegak hukum segera memproses hukum pelaku yang bertanggung jawab atas tayangan simbol menyerupai Dewa Siwa tersebut.
Ada pula yang berpendapat mereka seharusnya diberi maaf karena telah menggelar upacara Guru Piduka, serta mengucapkan maaf kepada publik.
Pernyataan permohonan maaf tertulis itu diserahkan kepada Ketua PHDI Bali I Nyoman Kenak, SH, didampingi Ketua Tim Hukum Putu Wirata Dwikora, SH, MH, serta Wakil Ketua PHDI Putu Wira Dana dan I Made Suarta.
Kenak menerangkan bahwa diselenggarakannya upacara Guru Piduka oleh manajemen bersama seluruh karyawan ASC pada hari Saraswati diharapkan mengobati sebagian dari amarah umat akibat peristiwa yang menghebohkan tersebut.
Ketua Tim Hukum Putu Wirata Dwikora menyampaikan ada respons yang positif dari umat atas upacara Guru Piduka tersebut.
Walaupun masih pula ada yang tetap apriori dan marah atas peristiwa yang dalam seminggu ini menghiasi halaman media sosial, dengan komentar pro-kontra dari sejumlah netizen.
Ungkapnya PHDI Bali dalam waktu dekat akan mengundang berbagai eksponen umat Hindu di Pasemetonan, Perguruan Tinggi, Yayasan, Ormas Hindu, tokoh-tokoh, buat mengkaji serta memutuskan langkah selanjutnya atas peristiwa di Atlas Super Club tersebut.
Keputusan PHDI Bali akan diambil setelah mendengar berbagai masukan, menimbang berbagai segi, serta ketika hati sudah lebih sejuk dan kemarahan sudah menurun.
“Jangan sampai keputusan diambil dalam suasana gaduh dan emosional, katanya. Sepahit atau semanis apapun nanti keputusan umat Hindu atas peristiwa penayangan Siwa di klub malam itu, setidaknya keputusannya diambil dengan pertimbangan yang matang. Kalau dipantau melalui media sosial, ada yang masih emosi dan mendesak proses hukum. Ada pula yang memaafkan tanpa perlu proses secara hukum, kecuali kalau yang bersangkutan mengulangi perbuatan serupa,’’ ujarnya.
Di sisi lain, Manajemen Atlas Super Club menegaskan selain menyerahkan pernyataan maaf secara tertulis dari direktur beserta manajer di tingkat bawahnya, pihaknya menyiapkan pernyataan maaf secara visual, untuk disosialisasikan melalui media mainstream maupun media sosial
“Dengan harapan agar ucapan maaf kami mampu mengetuk hati masyarakat Hindu dan membukakan pintu maaf buat pihak manajemen Atlas Super Club,” ungkap Adi.
Kenak mengingatkan, pihak manajemen memang sepatutnya lebih banyak berikhtiar dan berbenah, mengetuk pintu hati umat Hindu yang terluka, dan lakukan upaya yang sebaik-baiknya untuk menebus dan meredam amarah umat Hindu yang merasa simbol suci Siwa ditampilkan di tempat yang tidak selayaknya. (bp/ken)