Ilustrasi Pixabay – Sarana cetik dan bebai tidak sama, ada yang menggunakan benda, darah, bahkan hingga bantuan roh halus.
BALI, Balipolitika.com – Jika berbicara tentang cetik dan bebai tidak akan ada habisnya. Sebab fisika dan metafisika adalah dua hal yang akan selalu berdampingan dalam hidup manusia.
Alam nyata dan gaib adalah keniscayaan di kehidupan dunia ini. Apalagi jika berbicara tentang Bali, karena Pulau Dewata identik dengan hal sekala – niskala.
Kepercayaan akan adanya sekala-niskala ini, telah ada sejak lama bahkan sejak zaman nenek moyang. Untuk itu, konsep Tri Hita Karana sangat dipegang teguh masyarakat Bali.
Yakni saling menghormati, antar manusia, kepada alam semesta dan lingkungan, serta pada Tuhan yang Maha Esa. Sehingga kepercayaan yang masih melekat adalah tatkala membahas tentang bebai atau cetik.
Walau teknologi sudah canggih, dan zaman semakin modern. Namun masyarakat masih memercayai bahwa bebai atau santet dan cetik masih ada di sekitarnya.
Untuk itulah, masih banyak masyarakat yang rutin sembahyang, dan bahkan malukat ke berbagai mata air suci. Guna mendapatkan kesembuhan dan keselamatan di dalam kehidupannya.
Apalagi kadang dibuktikan, dengan masih adanya masyarakat yang sakit namun tidak bisa terlihat masalahnya secara medis.
Namun seperti apakah sejatinya bebai, santet, hingga cetik ini. Ada beberapa cetik yang masih bisa sembuh dengan metode crystal healing atau pengobatan baik tradisional dan modern.
Seperti cetik kerikan gangsa, cetik badung yang masih mungkin sembuh. Sedangkan untuk bebai dan santet masih lebih mudah disembuhkan, dengan metode crystal healing.
Contoh lain, seperti cetik gringsing harus menggunakan bahan tertentu dari hewan, yang kemudian gabung dengan metode crystal healing.
Dalam proses menyakiti atau pengobatannya, harus tahu weton atau wewaran yang terkena cetik dan bebai itu. Harus tahu, wuku, saptawara, dan pancawara serta hari lahirnya.
Kemudian jam saat seseorang berobat juga sangat berpengaruh, dalam membantu proses pengobatannya. Setelah diketahui semuanya, baru bisa mencari sarana untuk mengobati.
Untuk bebai dan santet biasanya menggunakan sarana roh, atau mahluk hidup dengan ritual tertentu. Menangani bebai, maka seorang praktisi harus mengurangi sentuhan ke pasiennya karena sifat bebai ini hidup dan bisa berpindah ke sang praktisi.
Khusus untuk cetik, adalah racun dengan doa khusus atau mantra dan kemudian mendapat energi kekuatan. Arsenik pun, atau dengan sebutan portas masih digolongkan ke dalam cetik.
Salah satu sarana cetik, adalah kepiting berwarna merah dengan doa tertentu untuk menguatkannya. Kerikan gangsa atau gong adalah salah satu bahan daripada cetik.
Ada juga cetik cerongcong polo dan lain sebagainya. Cetik pada umumnya lebih dahsyat bila masuk ke dalam tubuh manusia.
Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, cetik ini biasanya melalui perantara makanan dan minuman. Jarang cetik itu melalui perantara udara, walaupun ada tapi jarang terjadi.
Berbeda dengan bebai, yang bisa melalui perantara udara. Namun apabila cetik harus masuk ke dalam tubuh manusia.
Sehingga biasanya apabila pengecekan medis akan keluar hasil penyakit medis padahal aslinya dari non medis. Cetik ini, tergantung waktu kerjanya. Sehingga semakin lama waktu kerjanya semakin bagus cetik itu bekerja.(BP/OKA)