CATATAN SANG AHLI: Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM., Dekan Fak. Ekonomi & bisnis (FEB) Undiknas Denpasar. (Ilustrasi: Gung Kris)
DENPASAR, Balipolitika.com- Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM., memprediksi perekonomian Indonesia khususnya Bali pada tahun 2025 berada dalam fase pemulihan pasca pandemi Covid-19, dengan dinamikanya yang penuh optimisme sekaligus tantangan, dikutip Rabu, 18 Desember 2024.
Terkait perspektifnya, Prof Bagus Raka menjelaskan bahwa proyeksi ekonomi nasional menunjukkan potensi pertumbuhan yang cukup kuat, meskipun terdapat risiko eksternal dan internal yang dapat menghambat laju pemulihan.
Data menyebutkan, Bank Indonesia (2024) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,0% hingga 5,4% pada tahun 2025, didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi, serta ekspansi belanja pemerintah.
Ia melihat adanya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dipicu oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan pemulihan sektor pariwisata.
Mengutip Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI), jumlah wisatawan mancanegara diproyeksikan mencapai 14 juta kunjungan pada 2025, naik signifikan dibandingkan 2024.
Menurutnya, hal tersebut menjadi sinyal positif bagi Bali sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia, mengingat Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Bali tumbuh 5,85% pada triwulan III 2024, diproyeksikan mencapai 6% pada 2025 seiring dengan peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Namun, di tengah optimisme tersebut, terdapat tantangan yang signifikan. Salah satunya adalah perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan penurunan permintaan dari mitra dagang utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Hal tersebut berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia, termasuk komoditas unggulan Bali seperti produk kerajinan, kopi Kintamani, dan sektor perikanan, seperti yang dinyatakan Menteri Keuangan RI (2024).
“Stabilitas ekonomi global menjadi faktor yang perlu kita waspadai dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional,”
Selain itu, ketergantungan ekonomi Bali terhadap sektor pariwisata masih menjadi tantangan utama, sehingga penting bagi Gubernur Bali untuk menekankan diversifikasi ekonomi sebagai upaya memperkuat fondasi ekonomi daerah.
“Kita tidak bisa hanya bergantung pada pariwisata. Sektor pertanian, perikanan, dan UMKM harus dikembangkan agar ekonomi Bali lebih berkelanjutan,” ujarnya dalam sebuah forum ekonomi.
Sementara itu, di level nasional, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap stabil dengan dukungan inflasi yang terkendali.
Bank Indonesia memproyeksikan inflasi berada di kisaran 2,5% hingga 3,0% pada tahun 2025, yang akan menjaga daya beli masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita dan program bantuan sosial pemerintah turut berperan dalam menjaga stabilitas konsumsi.
Meski demikian, kenaikan harga pangan dan energi tetap menjadi tantangan yang harus diatasi..Di sektor investasi, pemerintah terus mendorong peningkatan investasi asing dan domestik melalui perbaikan iklim usaha dan percepatan pembangunan infrastruktur.
Proyek strategis nasional, seperti pembangunan jalan tol dan kawasan ekonomi khusus, diharapkan mampu menarik lebih banyak investor.
Bali, sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif dan pariwisata, juga menjadi prioritas dalam pengembangan infrastruktur berkelanjutan yang mendukung ekonomi hijau.
Program Bali Green Province diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Tantangan lainnya adalah isu ketimpangan ekonomi antara daerah. Di tengah pemulihan ekonomi yang pesat di Jawa dan Bali, daerah lain masih menghadapi kesulitan dalam mencapai pertumbuhan yang seimbang.
Hal ini memerlukan kebijakan yang lebih inklusif dan terarah dari pemerintah untuk memastikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan demikian, perekonomian Indonesia dan Bali pada 2025 berada di antara optimisme dan pesimisme. Kebijakan yang tepat dalam menjaga stabilitas ekonomi, memperkuat sektor produktif, dan mendorong inovasi akan menjadi kunci dalam menentukan arah pemulihan ekonomi nasional.
Bali, sebagai pusat pariwisata Indonesia, dituntut untuk lebih adaptif dalam mengatasi risiko global serta memanfaatkan peluang ekonomi yang muncul di tengah tantangan. (bp/gk/prof)