LAGU CINTA UNTUK MAMA: Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik atau Niluh Djelantik dalam acara syukuran dimulainya tahapan proses syuting film “Lagu Cinta untuk Mama” di Canggu, Bali, Rabu, 19 Juni 2024.
BADUNG, Balipolitika.com– Lolos sebagai Senator Republik Indonesia dengan raihan 377.152 suara di Pemilu DPD RI 2024, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik atau Niluh Djelantik kini merambah dunia akting.
Kamis, 20 Juni 2024, sosok kelahiran 15 Juni 1975 yang intens bersuara lantang soal turis nakal di Bali itu mulai syuting film berjudul “Lagu Cinta untuk Mama”.
Kakak aktor laga Joe Taslim, Peter Taslim berhasil merayu Niluh Djelantik untuk beradu akting di produksi film perdananya yang mengangkat cerita tentang keluarga.
Uniknya, mantan atlet judo peraih medali SEA Games 2019 ini mengangkat kehidupan dan latar belakang Bali dalam ceritanya.
Ditanya soal latar belakang film “Lagu Cinta untuk Mama”, Peter Taslim yang juga salah satu aktor dalam film Chrisye mengaku ingin membuat film keluarga di tengah trend tema horor yang melanda perfilman nasional.
Selain itu, menurutnya, ia ingin mengangkat film yang berkisah tentang sosok ibu dengan latar budaya dan tradisi unik Bali.
“Karena belum ada film keluarga yang angkat tradisi Bali, perempuan Bali yang hebat dan kuat,” ungkapnya dalam syukuran dimulainya tahapan proses syuting film, Rabu, 19 Juni 2024 di Canggu.
Film yang akan tayang menjelang peringatan Hari Ibu 22 Desember 2024 mendatang ini, kata Peter, sebagai wujud rasa cinta kasihnya kepada sosok ibu kandungnya selama ini. Meski kerap beradu argumen, namun semua akan kembali bermuara pada rasa sayang dan cinta kasih.
“Ini bukan negara horor, tapi negara budaya, India bisa buat film keluarga hebat kenapa kita engga, saya ingin ucapkan pesan jangan lupakan sosok ibu walaupun saya pribadi sering berargumen dengan ibu saya, intinya sangat sayang, kadang cemburu tapi sayang. Kalau film ini tayang, ini buta mama saya,” ucapnya terharu.
Soal keterlibatan tokoh perempuan Ni Luh, Peter berkeyakinan kuat akan sosok anggota DPD RI terpilih itu sebagai identik dan ikon perempuan Bali klasik. Kendati Ni Luh belum ada pengalaman akting, Peter tidak khawatir karena melihat Ni Luh Djelantik yang selama ini dikenal vokal membela rakyat kecil, dinilai cocok memerankan karakter Ni Luh yang merupakan nenek dari pemeran utama bernama Kayla.
Menanggapi debut bermain film perdana, Ni Luh Djelantik merasa tidak terpikirkan akan ikut masuk dalam seni peran selain bidang sebagai perancang desain sepatu dan sandal selama ini ia geluti.
Namun, setelah bercengkrama mendalam dan menelusuri skenario cerita, ia merasa terenyuh dan tertarik untuk ikut terlibat.
Terutama tema yang diangkat, sudah menjadi pergelutan batinnya jika menyangkut tentang ibu dan masa kecilnya dulu.
“Saya bangga, padahal tidak punya pengalaman apapun tiang. Tiang adalah tukang sepatu di antara para aktris yang mumpuni di bidangnya. Ini adalah dunia pertama tiang,” ucapnya.
Namun, ia berharap dengan adanya film ini, ke depan hingga ia ingin dikenang oleh generasi berikutnya dan memberi pesan kepada ibu-ibu di Indonesia.
“Secanggih apapun teknologi kasih sayang ibu tak tergantikan, tetap sama. Film ini semoga mempersatukan semua ibu-ibu seluruh Indonesia dengan latar belakang, warna dan kepercayaan yang berbeda,” kesannya.
Sementara, aktris sekaligus seniman Bali Ayu Laksmi yang berperan ibu Gayatri mendedikasikan film ini untuk ibunya yang saat ini menginjak usia 91 tahun. Baginya, sosok ibu ibaratnya seperti pohon beringin yang membawa akar entah itu bisa ke atas, bawah, kiri dan kanan sehingga ingat dengan asal usul.
“Ibu saya single mother, bapak meninggal saat usia saya 4 tahun. Saya dirawat, lahir dan dibesarkan oleh kelembutan. Ibu saya pendiam tapi membuat aturan ekspresi dengan diamnya, sehingga kita tahu kapan ibu sedih dan tak sedih. Saya bersyukur lahir dari ibu yang bijaksana,” ungkapnya.
Ayu Laksmi yang juga pernah bermain di film Pengabdi Setan itu mengapresiasi produser Peter Taslim yang turut melibatkan aktor lokal dalam film pertamanya.
Selain dibintangi Ni Luh Djelantik dan Ayu Laksmi, Film ‘Lagu Cinta Untuk Mama’ yang disutradarai Hastobroto ini juga diramaikan aktris dan aktor nasional, di antaranya; Jenny Chang sebagai Indira, Sheena sebagai Kayla, Raissa Anggaini sebagai Kayla Dewasa, Rizky Hanggono sebagai Krisna, Pak Someng sebagai Pak Arya, dan Cok Wie sebagai Rani.
Rencananya, jadwal syuting film yang dilakukan selama 14 hari ini mengambil lokasi di sejumlah tempat yakni Karangasem (Tenganan), Kedonganan, Canggu, Denpasar dan sekitarnya.
“Jaga anak-anakmu. Telah terjadi percobaan penculikan 2 anak oleh WNA. Kabarnya si WNA dalam keadaan depresi, Bali sudah darurat WNA atau turis bermasalah. Kita harus nyaring agar tidak “dijajah,” tulis Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik. (bp/ken)