DENPASAR, Balipolitika.com- Lekat dicitrakan sebagai pengganti kuat Jokowi Widodo, Lembaga Survei Charta Politika sempat merilis hasil jajak pendapat yang menempatkan Ganjar Pranowo dengan elektabilitas tertinggi dengan persentase 32,6 persen.
Di posisi kedua, bertengger nama Anies Baswedan dengan elektabilitas 23,1 persen yang disebutkan berhasil menggeser Prabowo Subianto.
Nama Prabowo Subianto ditempatkan di posisi buncit alias paling rendah dengan elektabilitas cuma 22 persen.
Endingnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan Prabowo Subianto sebagai pemenang Pemilu Presiden 2024 hingga menjabat Presiden Republik Indonesia masa bakti 2024-2029.
Usai gugatan sengketa pilpres yang diajukan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD ditolak Mahkamah Konstitusi, Prabowo Subianto bersama pasangannya Gibran Rakabuming Raka didapuk sebagai pemenang Pilpres 2024.
KPU RI menyatakan Prabowo-Gibran menang dengan perolehan 96.214.691 suara atau 58,59 persen dari total suara sah nasional dan memenuhi sedikitnya 20 persen perolehan suara di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.
Penetapan tersebut meliputi perolehan suara di 38 provinsi dan 128 wilayah di luar negeri.
Sementara itu, pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapatkan 40.971.906 suara, setara 24,95 persen dari seluruh suara sah nasional.
Pasangan Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengantongi 27.040.878 suara atau 16,47 persen suara sah nasional.
Fakta ini sekaligus menggugurkan hasil survei Charta Politika yang sempat menempatkan Ganjar Pranowo dengan elektabilitas tertinggi dengan persentase 32,6 persen.
Kini, jelang hari pencoblosan Pilgub Bali, Rabu, 27 November 2024, Lembaga Survei Charta Politika merilis data bertajuk “Elektabilitas Calon Gubernur-Wakil Gubernur di Pilkada Provinsi Bali”, Jumat, 22 November 2024 mengacu pengumpulan data pada 30 Oktober 2024 hingga 6 November 2024 dengan jumlah sampel 1.200 responden.
Terdapat 5 temuan yang dirilis Charta Politika sesuai laporan Peneliti Charta Politika, Ardha Ranadireksa.
Pertama, sebanyak 84,7 persen responden menyatakan sangat puas dan cukup puas terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Bali.
Kedua, pada elektabilitas calon gubernur perseorangan, I Wayan Koster unggul dengan elektabilitas (68,1 persen) diikuti I Made Muliawan Arya (22,9 persen), dan tidak tahu atau tidak jawab (9 persen).
Ketiga, pada elektabilitas calon wakil gubernur perorangan, I Nyoman Giri Prasta unggul dengan elektabilitas (72,9 persen) di atas Putu Agus Suradnyana (19,8 persen), dan tidak tahu atau tidak jawab (17,3 persen).
Keempat, pada elektabilitas calon gubernur-wakil gubernur I Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta (69,8 persen) unggul atas I Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (23,82 persen) dan tidak jawab atau tidak tahu (6,5 persen). Jika dilihat secara statistik, bisa disimpulkan I Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta unggul dominan atas pasangan calon lainnya.
Kelima, tingkat kemantapan pilihan terhadap Gubernur-Wakil Gubernur Bali sudah terbilang tinggi, berada pada angka 72,8 persen responden menyatakan mantap pada pilihannya.
Merespons rilis Lembaga Survei Charta Politika, Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Made Muliawan Arya- Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) sekaligus Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Bali, I Kadek Budi Prasetya alias Rambo menghargai hasil survei yang dirilis Charta Politika.
“Melakukan evaluasi dengan menganalisis dan mengkaji berbasis data untuk mengetahui perkembangan atas strategi yang telah dijalankan memerlukan konsentrasi khusus. Astungkara, sebuah tahapan perjuangan yang tidak mudah untuk membalikkan sebuah kondisi mengingat posisi kami sebelumnya underdog. Dari posisi tertinggal 14 persen di tahap awal pergerakan hingga memotret kondisi elektoral tertanggal 5-14 November telah unggul 4,6 persen dengan margin error 1,1 persen. Yang menarik posisi swing voters relatif masih tinggi dibandingkan dengan pilkada di daerah lain, yakni 32,7 persen. Di DKI sudah 20 persen saja. Tiga kali melakukan survei internal terlihat pertumbuhan yang luar biasa. Sangat menantang ikut dalam sebuah tim luar biasa seperti ini,” ungkap I Kadek Budi Prasetya alias Rambo dengan bahasa santun, Jumat, 22 November 2024.
Mendapatkan restu dari masyarakat Bali dalam kondisi saat ini Pemprov Bali menderita defisit APBD hingga berencana meminjam uang Rp842,85 miliar kepada pemerintah pusat selain kewajiban utang PEN Rp245 miliar setahun, Rambo menegaskan pilihan satu jalur dengan pemerintah harus dilakukan.
“Memilih Mulia-PAS merupakan keharusan mengingat saat ini Pemprov Bali mau pinjam utang sebesar Rp842,85 miliar dan kita harus bayar utang PEN Rp245 miliar setahun yang diwariskan pemimpin sebelumnya,” tegas Rambo sembari menyebut berkat restu masyarakat Bali, saat ini Mulia-PAS sudah on the track to be a winner.
Jelang pencoblosan imbuhnya dinamika semakin dinamis di semua provinsi, tak terkecuali Provinsi Bali.
“Tim Pak Koster Giri awalnya merilis survei View Data Indonesia dengan keunggulan 70,3 persen. Tetapi akhirnya terbongkar ternyata pengurus DPP PDIP yang “ganti baju”. Di perhitungan waktu survei yang sama, kini memakai Charta Politika. Tetap unggul, tetapi turun hampir 10 persen. Ternyata naik turunnya cepat banget padahal 1 persen saja itu sangat berpengaruh dan perlu waktu,” beber Rambo.
“Kami menyadari lembaga survei punya dua fungsi, satu propaganda kampanye untuk merebut swing voters dan yang satu untuk database sebagai pisau analisis penyiapan strategi. Kami memilih yang kedua. Kami melakukan survei detail tiga kali secara internal dengan menggandeng lembaga khusus. Hasilnya kami pakai untuk mengelola strategi pemenangan tidak untuk propaganda kampanye. Sebab sebagai penantang, kami sangat sadar tidak bisa main terbuka untuk strategi karena lapangan tentu awalnya dikuasai incumbent. Astungkara kami unggul 4,6 persen. Saat ini tinggal mengejar swing voters yang masih tinggi,” tutup Rambo. (bp/tim)