DENPASAR, Balipolitika.com– Ketua Bawaslu Provinsi Bali, I Putu Agus Tirta Suguna, menerima kunjungan dari Tim Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung di Kantornya, Senin 7 Juli 2025.
Kunjungan ini merupakan bagian dari riset mendalam yang dilakukan tim LP2M terkait komunikasi politik dalam pemilihan kepala daerah.
Tim peneliti terdiri atas Prof. Dr. H. Mahi M. Hikmat, M.Si., selaku ketua tim, dan Prof. Dr. H. Agus Salim Mansyur, M.Pd., sebagai anggota. Penelitian yang mereka lakukan bertajuk “Komparasi Komunikasi Politik dalam Pilkada Langsung dan Pilkada Perwakilan Menuju Demokrasi yang Berkualitas”, yang berfokus pada analisis perbedaan dan persamaan pola komunikasi politik dalam dua model pemilihan kepala daerah.
Dalam pembukaan, Prof. Mahi menjelaskan alasan pemilihan Provinsi Bali sebagai lokasi penelitian.
Menurutnya, Bali menjadi contoh menarik karena sukses menyelenggarakan pilkada tanpa adanya sengketa hingga ke Mahkamah Konstitusi.
“Kami ingin tahu, mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang membuat penyelenggaraan Pilkada di Bali bisa berlangsung selancar itu?” ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ketua Bawaslu Bali menyambut baik inisiatif penelitian ini. Suguna menilai kajian semacam ini penting untuk memperkuat pemahaman terhadap dinamika komunikasi politik sebagai upaya peningkatan kualitas demokrasi.
“Penelitian ini menjadi masukan yang bernilai bagi penyelenggara, peserta pemilu, maupun masyarakat sebagai gambaran untuk membangun proses demokrasi yang lebih baik ke depan.” ujar Suguna.
Lebih lanjut, Suguna memaparkan dua faktor utama yang turut menjaga iklim Pilkada di Bali tetap kondusif.
Pertama, karakter budaya politik masyarakat Bali yang mengedepankan harmoni.
“Kami memiliki nilai-nilai lokal seperti tatas, tetes, tat twam asi, paras-paros, menyama braya, dan salunglung sabayantaka yang menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai ini membentuk sikap politik yang santun, mengutamakan musyawarah, toleran, dan menjauhkan diri dari konflik,” jelas Suguna.
Faktor kedua adalah pendekatan pencegahan yang konsisten dilakukan jajaran Bawaslu Bali.
“Kami sudah lakukan mitigasi sejak awal, mengedepankan langkah pencegahan, koordinasi dengan stakeholder, serta aktif memberikan imbauan kepada KPU maupun tim sukses pasangan calon,” tambahnya.
Diskusi pun berlanjut ke pembahasan dinamika politik selama tahapan Pilkada berlangsung.
Suguna mengakui bahwa beberapa tantangan sempat muncul, terutama karena Bali menjadi sorotan nasional.
“Bali tidak hanya menjadi sorotan dalam pelaksanaan Pilkada, tetapi juga menjadi tuan rumah sejumlah agenda besar berskala nasional yang kegiatannya bersamaan dengan event Pilkada. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga fokus dan kelancaran setiap tahapan,” beber Suguna.
Selain itu Ia juga menyoroti soal regulasi pemilihan yang kerap berubah di tengah jalan.
“Tak jarang aturan berubah saat tahapan sedang berjalan. Ini menyulitkan daerah dalam mengantisipasi teknis di lapangan,” ungkapnya.
Rangkaian kunjungan tim peneliti UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini akan berlanjut dengan kegiatan pengumpulan data dan wawancara terhadap sejumlah pihak terkait di Bali.
Hasil penelitian nantinya diharapkan menjadi referensi dalam pengembangan sistem Pilkada yang lebih demokratis dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. (bp/jk/ken)