DENPASAR, Balipolitika.com– Rekasadana atau Pagelaran Drama Gong Lawas, Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas serangkaian Pesta Kesenian Bali XLVII Tahun 2025 berlangsung di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Centre Denpasar, Rabu, 2 Juli 2025 malam.
Sempat ramai di awal hingga berdesak-desakan, belum tuntas garapan berjudul “Sanan Tuak” dipentaskan, satu per satu penonton tampak beranjak pergi meninggalkan lokasi acara.
Beberapa di antaranya mengaku ada yang kurang dengan pementasan tersebut karena tidak adanya sosok seniman legendaris sekaligus legenda hidup drama gong Bali, I Nyoman Subrata “Petruk” (76 tahun), dkk.
Tak hanya dikeluhkan oleh para penonton yang hadir langsung di Panggung Terbuka Ardha Candra, cuitan serupa juga diungkapkan di kolom komentar siaran langsung Bali TV.
“Sing ade Kak Petruk sing nyak lucu, matah kelur,” ungkap Wayan Sumantra Pgsdt sembari menampilkan emoticon menangis.
“Kuang lucu,” keluh Ayu Komalasari.
“Sing nyak seru Kak Petruk sing ada,” tulis Bli Tono Ajus.
“Mancan suud acarane, paling bapak-bapak gen nu mabalih,” ungkap I Wayan Dakron Wayan.
“Kuang seru,” keluh Komang Tabli.
“Biasane sampai depan pantung naga nak mebalih, jani kok sepi?”tanya Dexnyong Chanel Dnc.
“Tumben tegang kene mebalih drama gong,” kata Riian Indiana.
“Maksa ngae baud, sing lucu,” protes Buntek Landak.
“Kak Petruk mare lucu,” kata Ketut Serinada.
“Jeg ada kuang karena Kak Petruk jak Jik Perak sing ade,” tandas Bli Tono Ajus.
“Liu kursi puyung tanpa Kak Petruk. Sing seru, tengal,” tulis Agung Anyar Asri
“Sing ade Petruk sing seru,” kata Kawit Kopling.
“Pelawak ne matah keruk, keweh penontone kedek,” keluh Wayan Budal.
“Anggap mebalih gong kebyar, wkwkwkwkwkw, “ ucap I Nyoman Suyasa.
“Sing ade kedek penontone,“ keluh Komang Sosial Sosiawan
“Sing munduk ape,“ nilai Dava Diva Dava Diva.
“Tanpa Kak Petruk kurang metaksu,” lanjut Dava Diva Dava Diva
“Care kuangan dramae sing misi Petruk jak Perak n Blauk,”
“Matah kelur,” kata I Wayan Adi Putra.
“Matah kelur,” ungkap Komo Winatha.
“Sing dadi memisuh, tapi misi cicing, ape adane to jero?” tanya Ketut Bondit.
“Tidak sempurna kalau Petruk tidak ada,” ungkap Sudana I Gede.
“Neh, toh, kone sing dadi nganggo bahasa cai?” tanya I Gede Wahyu Adiputra.
“Cai itu bahasa halus apa bahasa kasar nggih?” tanya Wayan Sukarda.
“Kanggo je ditu, sing mebalih sing ade Pekak Petruk,” ujar Ketut Suanda.
Hingga pukul 23.20 Wita, terpantau sebanyak 198 orang menyimak pementasan “Sanak Tuak” garapan Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas pimpinan Anak Agung Gede Oka Aryana.
Meski didominasi protes lantaran sajian drama gong lawas di PKB 2025 kurang menghibur, terdapat sejumlah netizen yang memberikan apresiasi alias dukungan di kolom komentar siaran langsung Bali TV.
“Mantap Bu Sang Ayu sareng Monggeg. Semangat,” puji Ngakan Suweta.
“Mantap lestarikan budaya,” dukung I Made Gunada.
“Lejendaris lagi bergetar rahayu,” apresiasi Made Suarta.
Diberitakan sebelumnya, I Nyoman Subrata (76) alias Petruk, Sang Ketut Arka alias Ajik Perak (70 tahun), dan Sang Made Juni Putra yang dikenal dengan nama panggung Blauk tidak ikut dalam garapan Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas di bawah naungan Yayasan Bali Murda Citta serangkaian PKB 2025, Rabu, 2 Juli 2025.
Walaupun trio seniman Bangli tersebut undur diri, Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas tetap akan tampil di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Bali menghibur para penonton.
Dikonfirmasi, Ketua Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas, Anak Agung Gede Oka Aryana, SH.,M.Kn., membenarkan bahwa penampilan Drama Gong Lawas (DGL) di PKB tahun 2025 tanpa Petruk Cs.
Pasalnya, dalam arahan tim kurator PKB drama gong lawas dijadikan percontohan bagi drama-drama gong lainnya sehingga diharapkan pemeran drama gong lawas mengutamakan “anggah ungguhang bahasa Bali alus” dan dan etika tatanan kehidupan di masyarakat.
“Pada saat rapat dengan tim kurasi sangat ditekankan sekali agar dalam drama gong dihindari tutur kata yang tidak senonoh, tidak kasar, tidak memisuh seperti ada kata ‘bangsat’, tidak ada promosi dan lebih kepada edukasi atau pendidikan,” ujar Agung Aryana, Rabu, 4 Juni 2025 lalu.
Diungkapkan, bahwa dari evaluasi pementasan pada PKB tahun 2024 lalu drama gong lawas masih dianggap melakukan dialog-dialog yang tidak sepatutnya dikeluarkan.
Padahal pada waktu itu hal tersebut sudah diwanti-wanti dan ditekankan oleh tim kurator.
“Berhubung dengan adanya hal tersebut dan penekanan dari tim kurator agar tidak terjadi kesalahan yang berulang, apalagi pementasan tersebut nanti akan dihadiri oleh pejabat-pejabat di Bali, maka berdasarkan rapat pengurus telah sepakat mengambil keputusan bahwa untuk pementasan drama gong lawas pada PKB tahun ini dengan berat hati tidak mengikutkan Kak Petruk Cs., untuk menghindari kejadian sebelumnya yang sangat menjadi perhatian oleh kurator agar tidak terulang kembali,” tandas pria yang kesehariannya berprofesi sebagai notaris ini. (bp/ken)