DENPASAR, Balipolitika.com- Nama Yan Mus tentu sudah tak asing lagi bagi para penikmat lagu Bali, khususnya generasi yang tumbuh besar di era 90-an.
Penyanyi lawas yang satu ini adalah ikon musik Bali dengan karya-karya abadi seperti “Kena Yusan Kota”, “Nyukla Brahmacari”, dan “Tresna Uyak Abu”, yang masih sering diputar di radio-radio lokal hingga hari ini.
Kini, di tengah gempuran musisi muda dan perubahan selera musik, Yan Mus membuktikan bahwa dirinya belum habis.
Ia kembali hadir dengan karya-karya baru yang tak kalah ikonik, seperti “Semprong Meprade”, yang telah viral di media sosial karena liriknya yang jenaka dan ritme yang ringan.
Yan Mus mengatakan bahwa inspirasi musiknya tetap datang dari kehidupan sehari-hari dan budaya Bali yang kaya.
Yan Mus juga mengakui bahwa tantangan zaman digital tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya.
Ia kini mulai aktif di platform digital seperti YouTube untuk menjangkau generasi muda.
Tak hanya menghibur, lagu-lagu Yan Mus tetap membawa pesan moral dan budaya, yang menjadi ciri khasnya sejak dulu.
“Nyukla Brahmacarai”, misalnya, merupakan lagu yang mengangkat nilai-nilai kesucian dan pengendalian diri dalam ajaran Hindu Bali.
Sementara “Tresna Uyak Abu” adalah kisah cinta yang penuh harapan namun juga getir.
Dengan perpaduan antara gaya lawas yang nostalgik dan gaya baru yang adaptif, Yan Mus sukses menjembatani lintas generasi.
Ia bukan hanya penyanyi, tapi penjaga warisan budaya musik Bali. “Saya tidak akan berhenti selama masih bisa bernyanyi. (bp/jk/ken)