BISNIS, Balipolitika.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso angkat bicara soal gerai ritel yang satu per satu menutup operasionalnya.
Menurut Budi, gerai ritel yang bertahan adalah gerai yang mampu beradaptasi kemauan pembeli.
“Mal atau department store atau pusat perbelanjaan modern yang bertahan itu apabila ada experience dan journey. Jadi orang belanja itu kan sambil pengin jalan-jalan, pengin makan, pengin hangout sama keluarga dan teman-temannya,” kata Budi di sela acara Gerakan Kamis Pakai Lokal di Kemendag, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Mendag mengatakan, ada perubahan pola belanja masyarakat sehingga gerai-gerai ritel tutup. “Jadi itu karena pola belanja masyarakat yang berubah, daya belinya enggak berpengaruh, kan hanya pindah saja mereka,” ujar Budi.
Budi mengatakan bahwa gerai ritel atau pusat perbelanjaan yang hanya mengandalkan tempat untuk belanja, tidak akan laku.
Hal ini Budi katakan, usai berdiskusi dengan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) beberapa waktu lalu.
“Karena pasti akan kalah dengan online. Kemudian juga pola belanja masyarakat dan lifestyle-nya sudah berbeda. Kalau dulu orang suka belanja untuk kebutuhan seminggu sampai dua minggu, sekarang belanja itu hanya kebutuhan sehari,” kata Budi.
Satu per satu gerai ritel di Indonesia tutup operasional. Terbaru, GS Supermarket, jaringan ritel asal Korea Selatan, mengumumkan penutupan seluruh gerainya di Indonesia.
Gerai yang menjajakan produk makanan khas Korea itu akan berhenti beroperasi pada akhir Mei 2025 lalu.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, mengonfirmasi penutupan tersebut.
Menurut dia, GS Supermarket telah diakuisisi oleh pihak lain. Sebelum GS Supermarket tutup, pasar swalayan LuLu Hypermarket asal Timur Tengah lebih dulu menutup seluruh jaringannya di Indonesia.
Gerai pertamanya di Cakung, Jakarta Timur, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Mei 2016, kini juga dalam proses penutupan. (BP/OKA)