DENPASAR, Balipolitika.com– Meski diidolakan Gubernur Bali, Wayan Koster, ternyata seniman legendaris sekaligus legenda hidup drama gong Bali, I Nyoman Subrata “Petruk” (76 tahun) sudah 2 kali gagal pentas bersama Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas di event Pemerintah Provinsi Bali.
Jika perhatian publik saat ini tertuju pada “pemblokiran” Petruk di Pesta Kesenian Bali XLVII Tahun 2025, usut punya usut, seniman kelahiran Bangli, 1 September 1949 yang berkarier sejak 1975 atau 50 tahun lamanya itu juga pernah “diblokir” pada hajatan Pemerintah Provinsi Bali lainnya pada tahun 2023 silam.
Buktinya, tidak ada nama I Nyoman Subrata “Petruk” Cs dalam pementasan Drama Gong Lawas (DGL) serangkaian penutupan Bulan Bahasa Bali V tahun 2023 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, 28 Februari 2023 silam.
Diketahui Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas kala itu mendapat kepercayaan dari Dinas Kebudayaan Bali untuk menampilkan drama gong sebagai bagian dari penutupan acara.
Hal ini menyusul suksesnya pementasan kolosal berjudul “Dukuh Suladri” pada 17 Desember 2022 di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar.
Kesempatan ini disambut baik oleh segenap anggota paguyuban, termasuk oleh pragina drama gong lawas, sekaa tabuh, dan panitia.
Menarik diketahui, dalam rangka persiapan pentas, Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas selalu berkoordinasi dengan tim dari Disbud Bali dan tim kurator.
Endingnya, minus Petruk Cs, pementasan bertajuk “Pangruatan Gering Sasab Mrana” ini melibatkan pemain drama gong era 1980-an dan 1990-an.
Drama Gong Lawas menampilkan perpaduan akting pemain dan permainan video dengan teknologi canggih.
Pementasan ini juga melibatkan tokoh-tokoh seni dan tokoh masyarakat Bali.
Pementasan tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk belajar bahasa Bali dan mempromosikan seni budaya Bal
Kala itu, Ketua Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, Anak Agung Gede Oka Aryana mengatakan pertunjukkan akan diawali dengan adegan penutupan dan peluncuran tema Bulan Bahasa Bali Tahun 2024 oleh Gubernur Bali Wayan Koster.
Garapan satu menit ini dikemas oleh anggota paguyuban, Dewa Gede Arthawan, dkk.
Sementara pentas drama gong lawas berjudul “Pengeruakan Gering Sasab Merana” yang dikoordinir oleh Wayan Puja, Jro Suyadnya, dan Anak Agung Gede Kartika berdurasi 60 menit.
Sebelum pentas di panggung sebenarnya, digelar gladi kotor dalam rangka kunjungan tim kurator pada 21 Februari 2023.
Pengawasan ketat tim kurator dengan dalih “norma kesopanan” inilah akhirnya yang membuat Petruk yang sudah mengabdi di jalur drama gong selama 50 tahun lebih atau sejak tahun 1975 “terlempar”.
Khusus di PKB ke-47 Tahun 2025, meski Gubernur Bali Wayan Koster telah meminta kurator yang terdiri dari Prof. Dr. I Wayan Dibia didampingi Prof. Dr. I Made Bandem, Prof. Komang Sudirga, dan I Gede Nala Antara membawa Petruk ke atas panggung, peluang itu dinilai mustahil terjadi.
Dikonfirmasi ulang terkait ketidakikutsertaan Petruk Cs dalam pementasan Drama Gong Lawas (DGL) serangkaian penutupan Bulan Bahasa Bali V tahun 2023 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, 28 Februari 2023 silam, Anak Agung Gede Oka Aryana belum menjawab pertanyaan Redaksi Balipolitika.com.
“Ampura (maaf), masih ada acara,” jawabnya sopan. (bp/ken)