BALI, Balipolitika.com – Jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) Ni Putu Dari Widiantari (37) sudah berangkat dari Aktau, Kazakhstan menuju Bali, Selasa (3/6) pagi kemarin.
Jenazah Widiantari tiba di Bandara Ngurah Rai Bali malam kemarin. Almarhumah merupakan warga Banjar Munduk Anggrek Kaja, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.
Kepala Bidang Penempatan, Pelatihan, Produktivitas dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana, I Putu Agus Arimbawa mengatakan, proses penjemputan jenazah di Bandara Ngurah Rai Denpasar Kamis (5/6) pagi.
Sebab, ada beberapa pertimbangan dari pihak keluarga dan pemerintah. “Sudah berangkat kemarin, nanti malam sekitar pukul 22.30 WITA mendarat di Bali. Karena beberapa pertimbangan seperti mendaratnya malam dan perlu proses administrasi dokumen, keluarga dan kita (pemerintah) sepakat untuk menjemputnya besok (hari ini) pagi,” jelas Agus Arimbawa.
Agus Arimbawa menyebutkan, biaya pemulangan jenazah Widiantari tersebut atas tanggungan pihak perusahaan tempat almarhum bekerja, serta donasi dari teman-temannya di luar negeri.
Pemerintah memfasilitasi ambulansnya. “Sudah clear. Biaya dan sebagainya sudah aman. Astungkara besok (hari ini) siang sudah di rumah duka,” ungkapnya.
Sementara itu, kata dia, untuk proses pemulangan PMI asal Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Ni Kadek Dwi Riyandini (24) yang meninggal dunia di Jepang masih berlangsung.
Saat ini masih dalam tahap penggalangan donasi untuk selanjutnya pulang. Keluarga dan pemerintah sangat berharap almarhumah bisa segera pulang.
“Masih berproses. Mungkin butuh waktu sebulan hingga satu setengah bulan,” jelasnya. Widiantari meninggal dunia di tempatnya kerjanya di Negara Kazakhstan, Selasa (26/5).
Almarhumah sebelumnya berangkat secara prosedural atau jalur resmi namun tanpa agen dan memiliki kontrak kerja dengan perusahaan.
Widiantari yang berangkat tahun 2024 lalu dan bekerja di Grand Thai Spa, Kota Aktau, Kazakhstan ini awalnya menderita serangan stroke pada 21 Mei 2025 lalu.
Almarhumah sempat ke rumah sakit setempat dengan kondisi tekanan darah mencapai 200.
Atas kondisi tersebut, pihak rumah sakit menghubungi pihak keluarga, izin untuk tindakan operasi.
Setelah setuju, Widiantari menjalani operasi. Namun, setelah itu kondisinya belum membaik hingga akhirnya 5 hari kemudian Widiantari meninggal dunia. (BP/OKA)