DENPASAR, Balipolitika.com– Posisi Provinsi Bali sebagai salah satu provinsi steril antraks di Indonesia kini berpeluang terancam.
Pasalnya, pintu masuk Pulau Dewata yang sejak dulu super ketat untuk menghindari antraks karena hidup dari sektor pariwisata internasional tiba-tiba dibuka lebar-lebar oleh Gubernur Bali, Wayan Koster cuma gara-gara ditelpon oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhammad Iqbal.
Antraks adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Penyakit ini menyerang berbagai jenis hewan berdarah panas, termasuk hewan ternak seperti sapi, kambing, dan kerbau, serta dapat menular ke manusia.
Di NTB, tercatat 13 kasus antraks yang menular pada manusia di mana 5 korban akhirnya meninggal dunia.
Jumlah 5 korban jiwa positif antraks di NTB merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Peringkat 2 nasional dengan jumlah 3 korban meninggal dunia tercatat berasal dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Merespons dibukanya pintu masuk sapi ke Bali oleh Koster hanya karena komunikasi via telepon ini dikritik oleh pengamat kebijakan publik, I Gusti Putu Artha.
Ia menyebut tindakan Koster yang membuka pintu masuk Bali tanpa kajian akademis ini sangat berisiko bagi Bali yang kini menjadi pelintasan sapi dari NTB.
“Beberapa waktu lalu, masih dalam hitungan hari, sekitar 90 truk dari NTB yang mengangkut sapi untuk kebutuhan Idul Adha di Jabodetabek melintas di ruas utama jalan Bali menuju Gilimanuk dari Padang Bai. Selama ini, lalu lintas ternak dari NTB melalui laut langsung turun di Banyuwangi. Kebijakan izin lintas sapi NTB lewat darat Bali ke Banyuwangi, terjadi setelah Gubernur NTB menelpon Gubernur Bali mohon izin. Lalu Gubernur Bali Wayan Koster mengizinkan. Sepintas semuanya aman-aman saja. Namun bagi saya izin ratusan sapi dari NTB melintas di Bali sungguh kebijakan berisiko tinggi. Pasalnya, NTB termasuk salah satu dari enam provinsi yang endemik penyakit Antraks, penyakit pada sapi yang disebabkan oleh bakteri. Antraks bisa menular ke manusia apabila kita menghirup spora. Akibatnya amat fatal. Data terakhir, NTB pernah dinyatakan terserang Antraks tahun 2018 dan 2021,” beber Gusti Putu Artha.
“Saya berdoa semoga ratusan sapi yang barusan melintas itu baik-baik saja. Tak ada penyakit Antraks. Namun kebijakan memberi izin melintas Bali bagi saya amat berisiko. Sekali saja Antraks menyerang Bali, pariwisata Bali langsung kolaps lebih hebat dari Covid-19. Apabila Bali tak mendapat manfaat apapun atas perlintasan itu, bahkan malah menyumbang kemacetan, seharusnya izin itu tak diberikan demi menjaga denyut Pariwisata Bali bebas dari potensi gangguan sekecil apapun.Konon, kebijakan Koster ini telah diprotes keras pihak Persatuan Dokter Hewan Indonesia. Namun tetap jalan. Saya sedihkan, 55 anggota DPRD Bali juga enggan memberikan pendapatnya. Sekali lagi, ini risiko tinggi. Semoga semua baik-baik saja. Namun jika saat ini ada petugas dari Dinas Perhubungan Bali yang terinfeksi Antraks misalnya, lalu berbiak menyebar, lalu sapi Bali terserang, lalu menular ke sejumlah warga Bali dan meninggal, beranikah Koster bertanggung jawab lalu meletakkan jabatan atas keputusan yang berisiko ini?” tanya Gusti Putu Artha. (bp/tim)