DENPASAR, Balipolitika.com– Bawaslu Bali menggelar audiensi dengan Institut Teknologi dan Bisnis Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Bali pada Senin 17 Maret 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipask Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Bali, Ketut Ariyani menuturkan bahwa dalam konteks pengawasan pemilu, peran masyarakat dan stakeholder sangat penting.
Seiring dengan perkembangan teknologi, media sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap pemilu, sehingga pengawasan digital menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan.
“Kami sadari betul digital ini membuka ruang yang berpengaruh besar dalam proses Demokrasi hari ini, untuk itu kami ingin ketika nantinya Stikom Bali memiliki kegiatan yang mengumpulkan mahasiswa, kami diberikan ruang untuk berbicara terkait pentingnya proses kepemiluan diawasi oleh masyarakat,” ujar Ariyani.
Bukan tanpa sebab, pasalnya generasi muda hari ini sangat mudah dalam mengakses informasi di internet, hal ini juga dikuatkan dengan dominasi generasi muda yang menggunakan internet dengan jumlah 221,5 juta pada awal tahun 2024.
“Dengan angka sebanyak itu, kami kira bukan hal yang utopis untuk menciptakan demokrasi yang ideal, terlebih kami ada pengawasan siber, dimana ruang-ruang digital ini juga dimanfaatkan oleh calon untuk melakukan kampanye,” tutur Ariyani optimis.
Menyambut baik yang disampaikan Ariyani, Direktur Kerja Sama Layanan Industri dan Bisnis ITB Stikom Bali, I Gede Arsamadi mengamini dan akan mengajukan mahasiswanya ke Bawaslu dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka, pihaknya menyadari betul peran vital yang diemmban Bawaslu harus ada support penuh dari stakeholder dan masyarakat.
“Pengawasan tidak bisa dilakukan sendiri oleh Bawaslu, harus ada keterlibatan dari stakeholder lainnya. Mahasiswa kami telah terlibat dalam program magang di Bawaslu, dan ke depan kami berharap ada legalitas atau payung hukum untuk memperjelas kerja sama ini,” ujarnya.
Menanggapi yang disampaikan Arsamadi, Kepala Bagian Pengawasan dan Humas Bawaslu Bali, Ni Luh Supri Cahayani mengatakan bahwa selama ini mahasiswa STIKOM telah berpartisipasi dalam program magang di Bawaslu.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kerja sama ini dapat diperluas dalam bentuk pengawasan partisipatif.
“Kami ingin kerja sama ini tidak hanya sebatas magang, tetapi juga dalam upaya meningkatkan pengawasan partisipatif. Pengawasan pemilu bukan hanya tugas Bawaslu, tetapi membutuhkan keterlibatan banyak pihak, termasuk akademisi dan mahasiswa,” pungkas Supri.
Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan keterlibatan mahasiswa dalam pengawasan pemilu semakin meningkat, sehingga dapat menciptakan pemilu yang lebih transparan dan demokratis. (bp/dp/ken)