BALI, Balipolitika.com – Umat Hindu sejak turun-temurun telah mengikuti arahan leluhur, khususnya dalam pelaksanaan upacara agama dan adat-istiadat.
Baik itu, ilmu Wariga, Usada, dan pengetahuan lain dalam menjalani kehidupan yang seimbang sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana.
Salah satu upacara agama yang kian dekat adalah Nyepi, jatuh pada 29 Maret 2025. Perayaan Nyepi berlangsung selama 24 jam, mulai pukul 06.00 WITA pada 29 Maret 2025. Kemudian berakhir pada 06.00 WITA pada 30 Maret 2025.
Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Tawur Agung Kesanga dan Ngerupuk atau pengarakan ogoh-ogoh. Ini merupakan bagian dari upacara Bhuta Yadnya.
Bukan tanpa tujuan, dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala, bahwa tujuan upacara Bhuta Yadnya untuk menjaga keseimbangan alam semesta.
Untuk itu, upacara Tawur Agung, tepatnya pada Tilem Sasih Kesanga akan ada upacara pada waktu tengah hari. Tawur artinya membayar atau mengembalikan, yaitu mengembalikan sari-sari alam yang telah manusia gunakan dan nikmati selama hidupnya.
Sari-sari alam itu pengembaliannya melalui upacara Tawur Agung, yang persembahan kepada para butha, dengan tujuan agar para bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis.
Filosofi Tawur Agung adalah, agar manusia selalu ingat akan posisi dan jati dirinya, dan agar selalu menjaga keseimbangan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan.
Tawur Agung Kesanga memiliki makna membersihkan Bhuana Alit dan Bhuana Agung, berdasarkan pada konsep Tri Hita Karana atau menyelaraskan hubungan tiga elemen penting yakni manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia.
Sebelum Tawur Agung Kesanga, maka umat Hindu akan melasti dengan membawa pralingga dan pratima ke pantai atau sumber air suci. Melasti biasanya 2-3 hari sebelum Nyepi. Filosofinya juga pembersihan dan penyucian.
Lalu sore harinya ada pangerupukan, atau pengarakan ogoh-ogoh. Pembuatan ogoh-ogoh harus sesuai dengan perlambang bhuta kala, kemudian akan ada pagelaran atau arak-arakan oleh muda-mudi di desanya masing-masing.
Usai pengarakan, ogoh-ogoh harus musnah dan terbakar habis. Sehingga lambang nyomia bhuta kala bisa terealisasi dengan baik dan sesuai ajaran agama. Mengembalikannya ke alam sunia.
Barulah Nyepi, dengan puasa dan Catur Brata Penyepian. Amati Geni, tidak menghidupkan api atau lampu dan sejenisnya. Amati Karya, tidak bekerja atau berkegiatan.
Amati Lelungan, tidak bepergian dan mulat sarira di dalam rumah. Amati Lelanguan, tidak mendengarkan hiburan dan bersenang-senang.
Ini juga memberikan waktu manusia hibernasi, instrospeksi diri, rehat sejenak. Begitu juga dengan alam semesta dalam bernafas. Sehingga Nyepi sudah menjadi hari libur nasional.
Setelah adanya pembersihan alam semesta baik dalam dan luar diri manusia, barusan umat Hindu menyambut Sasih Kedasa. Di mana akan ada upacara besar di Pura Besakih dan Pura Ulun Danu Batur.
Sehingga seluruh umat Hindu akan bersembahyang ke Pura Besakih dan Pura Ulun Danu Batur. Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (bhatara turun semua), pada tanggal 12 April 2025.
Sementara Tawur Tabuh Gentuh mulai pada 19 Maret 2025. Pada hari ini penting, karena seluruh bhatara-bhatari turun ke dunia memberikan anugerahnya kepada umat manusia. (BP/OKA)