JAKARTA, Balipolitika.com- PT BBN Airlines Indonesia akhirnya menyudahi operasional seluruh rute penerbangan terjadwal setelah secara bertahap menutupnya satu per satu.
Alasannya adalah tingkat okupansi atau load factor yang rendah.
BBN Airlines pertama kali menonaktifkan rute penerbangan yakni Jakarta (CGK) – Balikpapan (BPN) (pp) pada November 2024.
Saat itu, Head of Marketing BBN Airlines Indonesia Rosye Risandy mengatakan, CGK – BPN (pp) ditinjau ulang karena okupansi yang rendah.
“Kami berkomitmen untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang telah terjadi dan meningkatkan layanan kami ke depan. Saat ini, kami sedang meninjau kembali rute Balikpapan,” kata Rosye, Selasa 5 November 2025.
Rosye mengatakan, peninjauan kembali memang terkait dengan operasional yaitu tidak terpenuhinya permintaan pasar yang kurang dengan rerata load factor 20%-25%.
Penutupan rute penerbangan kembali dilakukan pada 15 Januari 2025 yakni Jakarta-Surabaya-Jakarta (CGK-SUB-CGK).
Ironinya, rute ini baru dibuka BBN pada 27 September 2024 atau hanya bertahan seumur jagung.
Lagi-lagi, aspek minat pasar dan keselarasan strategi jaringan menjadi biang keroknya.
Pasalnya, BBN hanya mencapai rata-rata tingkat keterisian (load factor) operasi rute CGK-SUB-CGK sebesar 43% untuk periode 27 September 2024 hingga 15 Januari 2025 dan periode 16 Januari 2025 sampai dengan 29 Maret 2025 sebesar 5%.
Keputusan ini tertuang dalam surat dengan Nomor PTBBN-SD-2025-01-08/352 tertanggal 8 Januari 2025 dan telah diterima oleh Kementerian Perhubungan.
Terkini, dua rute tersisa yaitu Jakarta (CGK) – Denpasar (DPS) dan Jakarta (CGK) – Pontianak (PNK) juga disuntik mati oleh sang maskapai.
Informasi terkait penutupan dua rute penerbangan yang tersisa itu didukung dengan hilangnya nama BBN Airlines dari platform e-commerce penjualan tiket pesawat seperti Traveloka.
Pihak BBN Airlines enggan berkomentar saat dikonfirmasi media mengenai informasi tersebut.
Fokus Bisnis ACMI
Meskipun menutup operasional di penerbangan komersial terjadwal, PT BBN Airlines Indonesia tetap eksis di dirgantara Indonesia dengan memfokuskan bisnis pada layanan penyewaan ACMI (Aircraft, Crew, Maintenance and Insurance).
Dikabarkan pelanggan pertamanya adalah Sriwijaya Air.
Chairman BBN Airlines Indonesia Martynas Grigas mengatakan langkah ini diambil sejalan dengan peningkatan perjalanan udara domestik dan internasional namun berbanding terbalik dengan jumlah pesawat yang beroperasi.
“Langkah ini diambil untuk membantu meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas penerbangan di Indonesia, seiring dengan semakin pesatnya permintaan perjalanan udara domestik dan internasional,” kata Martynas dalam keterangan resmi, Senin 17 Februari 2025.
Lebih lanjut, Martynas mengatakan layanan ACMI ini memungkinkan maskapai untuk menyediakan pesawat, kru, pemeliharaan, dan asuransi tanpa perlu mengelola aspek operasional ini secara mandiri, sehingga mengurangi beban biaya dan meningkatkan efisiensi.
Dengan pengalaman yang dimiliki, BBN Airlines Indonesia telah sukses menjalin kerja sama dengan berbagai maskapai, termasuk Sriwijaya Air, untuk meningkatkan kapasitas penerbangan, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Kolaborasi ini menjadi operasi ACMI pertama bagi BBN Airlines Indonesia dan mencerminkan komitmen mereka dalam memperkuat ekosistem penerbangan domestik pada 2025.
Tak hanya di dalam negeri, BBN Airlines Indonesia juga berhasil menyediakan layanan bagi maskapai di Asia Selatan, seperti Spice Jet, dalam mengoperasikan rute domestik dan internasional sepanjang 2024 guna memenuhi kebutuhan kapasitas penerbangan mereka.
Keunggulan model ACMI yang ditawarkan BBN Airlines Indonesia terletak pada efisiensi waktu persiapan operasional.
Armada pesawat beserta kru yang terlatih dapat beroperasi dalam kurun waktu 2–4 pekan setelah kesepakatan, memungkinkan maskapai menambah kapasitas dengan cepat tanpa harus berinvestasi besar atau menangani pengelolaan armada yang kompleks.
Selain itu, model bisnis ACMI ini juga membantu maskapai dalam menekan biaya operasional, termasuk pemeliharaan pesawat dan pengelolaan kru, sehingga memberikan keuntungan dalam meningkatkan efisiensi layanan di tengah meningkatnya permintaan penerbangan.
Tak berselang lama setelah BBN Airlines tumbang dari bisnis operasional rute penerbangan terjadwal, Calypte Holding Pte. Ltd., perusahaan pengembang Energi Terbarukan, Penerbangan, dan Pertanian yang berkantor pusat di Singapura resmi mendaftarkan anak perusahaan baru melalui notaris untuk mendirikan PT Indonesia Airlines Group pada 7 Maret 2025.
Chief Executive Officer Indonesia Airlines dan Executive Chairman Calypte Holding Pte. Ltd. Iskandar menyampaikan Indonesia Airlines akan berbasis di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten.
“Berdasarkan perencanaan bisnis dan hasil studi kelayakan yang telah disusun, Indonesia Airlines hanya akan berfokus pada penerbangan internasional di mana dalam tahap awal akan mengoperasikan 20 armada,” kata Iskandar dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu 8 Maret 2025.
Iskandar menuturkan, 20 armada tersebut akan didatangkan secara bertahap yang terbagi atas 10 unit pesawat berbadan kecil (Airbus A321neo atau A321LR) dan 10 unit pesawat berbadan lebar (Airbus A350-900 dan Boeing 787-9).
Adapun, Iskandar mengklaim Indonesia Airlines sebagai maskapai penerbangan komersial berjadwal dengan layanan premium.
Dia menyebut, Indonesia Airlines menggabungkan kemewahan perjalanan jet pribadi dengan kenyamanan penerbangan komersial.
“[Kami] menawarkan perjalanan yang benar-benar tak tertandingi bagi penumpang,” ujarnya.
Dalam hal ini, dia mengungkap bahwa Indonesia Airlines menyediakan layanan khusus yang menawarkan kenyamanan premium, perhatian yang dipersonalisasi, dan fasilitas kelas dunia yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi penyewaan jet pribadi.
Visi Indonesia Airlines yakni menjadi simbol global kemakmuran Indonesia, ikon perayaan, dan keramahtamahan dalam narasi budaya Indonesia.
Sementara, misi Indonesia Airlines yakni berkomitmen untuk mendefinisikan ulang perjalanan dengan layanan premium di mana keselamatan adalah prioritas utama Indonesia Airlines, sambil berbagi keramahtamahan hangat orang Indonesia kepada dunia.
Menurutnya, mobilitas penduduk yang tinggi di kawasan Asia Pasifik menjadikan bisnis ini sangat menjanjikan bagi Indonesia Airlines.
“Dengan dukungan para profesional di sektor penerbangan, baik kru maupun tim manajemen, Indonesia Airlines yakin akan mampu menembus era baru penerbangan premium,” pungkasnya. (bp/dp/ken)