DENPASAR, Balipolitika.com- Kepiting Raja Alaska (Alaskan King Crab) dikenal sebagai salah satu hidangan laut paling mewah di dunia.
Dengan harga yang sangat tinggi, banyak orang penasaran mengapa kepiting ini menjadi makanan yang istimewa dan mahal.
Dalam sajian sebuah restoran, menu Kepiting Raja Alaska bisa dibanderol hingga Rp. 3,5 juta/Kg.
Berikut beberapa alasan yang menjelaskan tingginya harga Kepiting Raja Alaska mengutip dari akun tiktok @kyy_hijrah09 :
1. Hidup di Lingkungan Ekstrem
Kepiting Raja Alaska hidup di perairan dingin dan dalam di Laut Bering, sekitar Alaska dan Rusia.
Habitat ini sangat terpencil dan sulit dijangkau dengan cuaca yang ekstrem.
Banyak nelayan yang bertaruh nyawa untuk menangkap Kepiting Raja Alaska ini.
2. Musim Penangkapan yang Singkat
Musim penangkapan kepiting Raja Alaska biasanya pada musim dingin, yaitu antara bulan Oktober dan Januari.
Proses penangkapan hanya berlangsung selama 4-5 hari saja.
Namun dalam waktu singkat ini, nelayan harus bekerja selama 20 jam sehari.
3. Proses Penangkapan yang Berisiko
Menangkap Kepiting Raja Alaska bukanlah tugas yang mudah.
Para nelayan sering menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem, gelombang besar, dan suhu di bawah nol derajat.
Risiko tinggi ini membuat profesi mereka sangat menantang, yang pada akhirnya berdampak pada harga jual kepiting.
4. Ukuran dan Kualitas Daging
Kepiting Raja Alaska memiliki ukuran besar dengan kaki yang bisa mencapai 150cm.
Kepiting Raja Alaska memiliki daging yang tebal, lembut, dan kaya rasa. Dagingnya yang berkualitas premium menjadi salah satu alasan harganya sangat mahal.
5. Biaya Logistik yang Tinggi
Kepiting Raja Alaska membutuhkan penanganan khusus setelah ditangkap untuk menjaga kesegarannya.
Proses penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi memerlukan teknologi pendingin yang canggih.
Biaya logistik ini juga menambah harga jual di pasar internasional.
Itulah mengapa untuk per porsi sajian Kepiting Raja Alaska bisa dibenderol hingga Rp10 juta.
6. Permintaan yang Tinggi di Pasar Global
Kepiting Raja Alaska menjadi primadona di pasar global, terutama di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok.
Permintaan yang tinggi, terutama untuk kebutuhan kuliner kelas atas, membuat harganya melambung. (bp/dp/ken)