MASUKAN MASYARAKAT: Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan merencanakan konsep Debat Pilgub 2024 tanpa pendukung masing-masing paslon dengan gaya pertemuan di wantilan.
DENPASAR, Balipolitika.com- Dimodali Anggaran Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan Wakil Gubernur Bali Tahun 2024 disepakati sebesar Rp155 miliar lebih (Bawaslu Bali Rp41 miliar lebih), Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali tampaknya lebih memilih berhemat daripada jor-joran.
Berbeda dengan KPU Badung di mana pada Pilkada Badung 2020 menggelar acara debat di hotel berbintang meskipun Paslon Giriasa melawan kotak kosong, KPU Bali justru merencanakan konsep Debat Pilgub 2024 tanpa pendukung masing-masing paslon dengan gaya pertemuan di wantilan.
Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan menegaskan ingin menghilangkan gaya debat pemilu ala Amerika dan konsep wantilan dinilai paling cocok diterapkan di Bali.
“Jangan gaya-gaya Amerika pakai podium kemudian mukul-mukul (podium, red), tunjuk-tunjuk. Kalau di Bali begitu mungkin habis itu dia berkelahi di belakang,” ujar Lidartawan saat ditemui di DPRD Provinsi bulan Juni 2024 silam.
Imbuhnya, KPU Bali ingin mengubah konsep debat menjadi gaya Bali, yakni debat sambil duduk melingkar dan bersila, adu gagasan, dan lokasi debatnya berada di balai pertemuan khas Bali, yakni wantilan.
Merespons usulan I Dewa Agung Gede Lidartawan, netizen menyambut super hangat.
Tak sekadar menyimak, dikutip dari grup media sosial Denpasar Viral, Sabtu, 5 Oktober 2024, banyak tambahan usulan yang disampaikan masyarakat Bali.
Puluhan netizen kompak mengusulkan KPU Bali agar menyediakan menu arak kopi dalam ajang debat di wantilan tersebut.
“Duduk melingkar nyesep kopi campur arak,” usul Dewa Rama Putra.
“Duduk melingkar, ijin arak isi kopi dik,” tulis Wina Quenshaa.
“Diimbau untuk minum arak misi kopi,” tandas Ketut Pasek Setiawan.
“Sebelum debat kopi campur arak baang pang lebih tenang,” pungkas Rai Murdita.
“Duduk melingkar misi kopi campur arak tuh paling pas asane,” ujar Ferdi Nazario Lius.
Oleh sejumlah netizen, tidak hadirnya penonton dalam usulan debat sesuai konsep KPU Bali ini dinilai berlebihan dan membungkam demokrasi.
“Terlalu berlebihan kekhawatiran (KPU Bali, red). Ini negara demokrasi. Biarkan saja ada pendukung agar lebih seru dan sebagai upaya pendewasaan demokrasi. Buatkan saja aturan yang jelas dan tegas. Gitu aja kok repot,” sentil Agus Anand.
Menarik disimak pernyataan Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan terkait istilah mukul-mukul podium ini dinilai kurang elok dan sangat berlebihan.
“Mih serem gaya bahasane KPU, takut kandidat mukul-mukul podium. Konsep debatnya bagus, tapi embel-embel karena ketakutan kandidat mukul-mukul itu kurang elok,” kritik Gerrit Van ArLan. (bp/ken)