DENPASAR, Balipolitika.com– Seolah tak ada putus-putusnya, Kaneshiro Bali kembali menunjukkan kepedulian nyata terhadap masalah kemanusiaan dan sosial di Pulau Dewata.
Memaknai Hari Difabel Internasional yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1992 dan diperingati setiap tanggal 3 Desember, Kaneshiro Bali, Jalan Cokroaminoto Nomor 48, Banjar Margajati, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara itu menggelar aksi berbagi di Yayasan Remagi Bali, Senin, 16 Desember 2024.
Tak main-main, donasi yang ditujukan untuk kaum difabel dengan kesulitan ekonomi tersebut berupa 30 sak beras 10 kg, 30 dus susu UHT 12x 1 liter, 60 krat telur, dan 120 liter minyak goreng.
Bantuan tali asih ini diserahkan oleh Manager Outlet Kaneshiro AYCE Bali, Made Victor didampingi Assistant Manager Kaneshiro Bali Janet Kurniawan dan diterima oleh I Made Sudiana disaksikan Ketua Yayasan Cipta Bali Berbagi, I Ketut Suanira.
“Dalam rangka Hari Difabel Internasional Tahun 2024, kami dari Kaneshiro Bali berbagi kepada Saudara-saudara difabel yang kurang mampu secara ekonomi di Yayasan Remagi Bali. Bantuan yang kami salurkan berupa 30 sak beras yang masing-masing seberat 10 kg, 30 dus susu UHT, 60 krat telur, dan 120 liter minyak goreng. Kami ingin menggetoktularkan semangat berbagi ini kepada seluruh perusahaan di Bali,” ucap Made Victor disambut tepuk tangan audiens.
Kaneshiro Bali yang menjadi pelopor sebagai restoran pertama di Pulau Dewata yang ramah terhadap masyarakat tuli, ungkap Made Victor senantiasa berkomitmen pada kegiatan-kegiatan sosial.
“Kaneshiro Bali didirikan tidak sekadar cari cuan atau untung, melainkan juga peduli terhadap Saudara-saudara kami yang kurang mampu. Khusus memaknai Hari Difabel Internasional Tahun 2024, kami berbagi dengan kawan-kawan difabel di sini (Yayasan Remagi Bali, red). Kami sekaligus mengajak pengusaha-pengusaha yang sudah sukses maupun sedang menuju sukses untuk ikut berbagi dan yakinlah bahwa dengan rajin berbagi kita tidak akan buntung, tetapi sebaliknya semakin untung,” pesan Made Victor.
Terkait Hari Difabel Internasional, di tahun sebelumnya, tepatnya pada Kamis, 6 Desember 2023 silam, Kaneshiro Bali membuat perbedaan sekaligus menjadi pelopor restoran pertama di Pulau Dewata yang ramah terhadap masyarakat tuli.
Kala itu, Kaneshiro Bali hadir memberikan ruang berekspresi bagi Bali Deaf Community dan Komunitas Tari Lara Jiva.
Manager Outlet Kaneshiro AYCE Bali Made Victor mengatakan Hari Disabilitas Internasional merupakan bentuk pengakuan seluruh masyarakat di dunia terhadap penyandang disabilitas, peneguhan komitmen seluruh bangsa, dan membangun kepedulian guna mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan teman-teman disabilitas.
Made Victor mengingatkan kembali akan nilai pentingnya dukungan lembaga terhadap keberadaan para penyandang disabilitas, baik berupa perlindungan, pengakuan, dan penghormatan kepada para penyandang disabilitas.
Ia menjelaskan Kaneshiro Bali ingin menyampaikan pesan bahwa perbedaan kemampuan bukanlah halangan dalam berekspresi.
“Semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan. Tidak boleh ada diskriminasi atau memandang sebelah mata. Untuk itu, pada momentum spesial ini, Kaneshiro Bali ingin mengajak “teman dengar” untuk lebih mengenal “teman tuli”. Kami berikan panggung untuk “teman tuli” berekspresi, menyampaikan pendapat dan juga mendapatkan aksesibilitas pelayanan yang lebih baik lagi di Kaneshiro Bali,” ungkap pria penggemar burung murai batu itu.
Dalam upaya memangkas jarak antara “teman tuli” dan “teman dengar” tersebut, Victor menjelaskan Kaneshiro Bali menambahkan bahasa isyarat pada video informasi official di restoran yang menyediakan 150+ pilihan menu suki dan grill dengan sajian daging sapi impor yang terjamin kualitas serta kebersihannya.
“Kami sudah menambahkan bahasa isyarat di video informasi official Kaneshiro Bali. Ke depan, kami akan terus meningkatkan lagi agar Kaneshiro Bali ini bukan hanya sekadar restoran tempat makan, tapi menjadi rumah yang ramah bagi semua customer,” tandas Victor dengan nada santun.
Terobosan Kaneshiro Bali diapresiasi Ketua Bali Deaf Community, Ketut Yunda Manik Wardani.
“Kaneshiro memberikan akses bahasa isyarat saya merasa sangat senang. Saya sangat senang Kaneshiro dan tim Pak Victor membuat akses seperti itu. Mungkin di Bali ini yang pertama saya lihat ada video yang berbahasa isyarat. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung sudah pernah. Itu pertama. Tapi untuk di restoran mungkin ini yang pertama kali di Bali,” ucap Ketut Yunda Manik Wardani.
Didampingi juru bahasa isyarat, Pande Ketut Ratih, Ketut Yunda Manik Wardani menyampaikan harapan khusus kepada Kaneshiro Bali.
Harapan khusus tersebut adalah bisa menerima “teman tuli” bekerja di Kaneshiro Bali.
“Mungkin menerima kami sebagai cleaning service atau jenis pekerjaan lainnya. Jika mengalami hambatan komunikasi, boleh berikan kami jenis pekerjaan yang lain,” ungkap Ketut Yunda Manik Wardani.
Disinggung soal menu yang tersaji di Kaneshiro Bali, Ketut Yunda Manik Wardani menyebut enak semua.
“Saya kenyang sekali. Saya pernah tiga kali ke sini. Ya, nanti kami pasti akan datang kembali. Pertama kali saya ketemu Pak Victor di Kaneshiro Bali, saya merasa senang. Pak Victor itu melihat tuli itu bisa. Jadi berikutnya saya berharap ini akan lancar. Terima kasih Bapak sudah mengundang kami ke sini. Saya sangat senang,” ungkap Ketut Yunda Manik Wardani.
Lebih lanjut, Ketut Yunda Manik Wardani berharap staf Kaneshiro Bali bisa berbahasa isyarat.
“Sebelum melayani kami, harus memiliki kemampuan bahasa isyarat dasar saat memberikan pelayanan. Contohnya mengucapkan selamat datang dan mau memesan apa. Tuli itu senang kalau melihat pelayan atau staf Kaneshiro Bali yang bisa berbahasa isyarat,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Tari Lara Jiva, Putu Wahyu Putra Sudianta juga mengucapkan terima kasih atas undangan dari Kaneshiro Bali.
“Saya mendapatkan undangan melalui WhatsApp. Perasaan saya sangat senang mendapatkan undangan ini. Tumben banget saya mendapatkan undangan di restoran seperti ini. Jadi saya sangat senang. Banyak yang menonton juga. Jadi, semua orang bisa tahu bahwa tuli itu juga bisa memandu tari dengan menggunakan laptop,” ungkap Putu Wahyu Putra Sudianta yang penyampaiannya ke awak media dipandu juru bahasa isyarat, Pande Ketut Ratih.
Menampilkan suguhan Tari Oleg Tamulilingan dengan apik dan memukau penonton, Putu Wahyu Putra Sudianta mengaku memantapkan latihan selama 12 jam selama dua hari sebelum manggung di Kaneshiro Bali.
“Ada dua hari saya melatih untuk ini (pentas Tari Oleg Tamulilingan, red). Kami berusaha keras. Saya memberikan semangat bagi teman-teman saat berlatih selama 6 jam dalam sehari. Pande, penari cowoknya karena saya keras dia sampai menangis. Saya semangatin dia agar tidak putus asa karena kita bisa setara dengan orang yang mendengar,” ungkap coach Putu Wahyu Putra Sudianta.
Menarik diketahui, Putu Wahyu Putra Sudianta mengaku juga pernah diundang ke sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk mengajarkan tari.
“Komunitas Tari Lara Jiva berdiri sejak tahun 2021 bertepatan dengan hari ulang tahun Bali Deaf Community dan Putra-Putri Tuli Bali. Pada saat itu saat memikirkan konsep Lara Jiva dan saya berjuang berbekal ide membangun komunitas tari untuk mempekerjakan tuli dan bisa mengajarkan teman-teman untuk menari. Saya berharap mendapatkan undangan banyak pihak sehingga banyak orang yang tahu. Kami belum begitu terkenal saat ini. Belum terdengar gaungnya. Sebetulnya kami baru mendapatkan sedikit undangan. Belum banyak. Dengan banyak undangan, kami akan membuat jadwal dan melatih tari. Tentu akan sangat menyenangkan bagi kami sehingga bisa memberdayakan teman-teman tuli. Bisa membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan sekolah maupun kuliah. Itu akan memberdayakan para tuli,” ungkap Sang Ketua Komunitas Tari Lara Jiva.
Lebih jauh, Putu Wahyu Putra Sudianta membuka fakta bahwa para tuli dominan berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
“Bapak/Ibu para tuli dominan tidak memiliki kemampuan (ekonomi, red). Jadi saya mengajak mereka untuk bergabung di Komunitas Lara Jiva supaya mendapatkan pendapatan dari sini,” tutup Putu Wahyu Putra Sudianta. (bp/ken)