AMLAPURA, Balipolitika.com- Erupsi Gunung Agung di Karangasem dalam kurun waktu 2017-2018 menjadi pengalaman kelam birokrasi Kabupaten Karangasem.
Selain melumpuhkan seluruh aktivitas masyarakat, peristiwa itu juga menjadi “aib” bagi Pemkab Karangasem kala itu karena gelagapan dalam melakukan langkah mitigasi dampak bencana.
Menariknya, aib penanganan erupsi Gunung Agung ini menjadi diungkit-ungkit dalam Debat Terbuka Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Karangasem yang disiarkan secara live oleh televisi lokal ternama, Bali TV, Minggu, 3 November 2024.
Isu ini menjadi pertanyaan Paslon 01, I Wayan Kari Subali dan I Ketut Putra Ismaya Jaya (Karisma).
Ismaya cukup bernyali mempertanyakan itu kepada Paslon 03 Gusti Putu Parwata dan Pandu Prapanca Lagosa (GP) pada sesi debat antar paslon.
“Kami ingin bertanya, ketika terjadi erupsi Gunung Agung, apakah Bapak Calon Bupati akan meninggalkan masyarakat Karangasem bersama keluarga kembali?” tanya Ismaya.
Pertanyaan itu sontak membuat panas Calon Bupati Karangasem Gusti Putu Parwata.
Pasalnya, tak bisa dipungkiri pertanyaan itu membangkitkan luka lama masyarakat Karangasem atas skandal tersebut di mana Bupati Karangasem kala itu, I Gusti Ayu Mas Sumatri yang merupakan ibu dari Gusti Putu Parwata, ramai jadi pembicaraan di tengah kepanikan warga mengungsi karena mobil dinasnya kedapatan melaju ke arah Denpasar melawan arah di lajur kanan.
Kala itu, banyak masyarakat Karangasem yang melihat langsung karena sepanjang akses jalan itu lumpuh total sejak malam hingga pagi, gara-gara kaget menerima informasi erupsi Gunung Agung.
Pertanyaan itu sontak membuat penonton di lokasi debat bersorak, seolah mengamini peristiwa besar yang memalukan itu.
Mendapat serangan tajam tersebut, Gusti Putu Parwata nampak gelapan.
Dia membantah keras Bupati Karangasem bersama keluarga waktu itu, dituduh kabur ke Denpasar menyelamatkan diri, meninggalkan masyarakat Karangasem yang terjebak kemacetan.
“Saya rasa saat Gunung Agung meletus, tidak ada seorang pemimpin yang lari. Malah (kami, red) masih membangun Pura Nangka pada saat itu. Kami selalu ada di dalam masyarakat,” terang sang pengusaha.
Sementara itu, Calon Wakil Bupati Karangasem Pandu Prapanca Lagosa memilih tidak menanggapi pertanyaan tendensius ini.
Ia menilai dasar dari pertanyaan itu adalah hoaks yang viral di media sosial, sehingga dirasakan tidak pantas dipertanyakan dalam forum resmi debat terbuka kedua ini.
Di sisi lain, saat pertanyaan serupa perihal bagaimana langkah mitigasi bencana erupsi Gunung Agung juga ditujukan Paslon 01 kepada Paslon 02 I Gede Dana-I Nengah Swadi (Dana-Swadi), calon bupati petahana dari PDI Perjuangan ini menjawab elegan dan taktis.
Menurut Gede Dana, meski bencana erupsi tidak bisa dipastikan kapan terjadi, namun sebagai kepala daerah, tentu harus menyiapkan langkah-langkah efektif.
Pertama, jalur evakuasi sudah disiapkan dengan baik dan jalan-jalan jalur evakuasi diaspal sehingga masyarakat di lereng Gunung Agung segera dapat menyelamatkan diri apabila erupsi tiba-tiba kembali terjadi.
Kedua, melakukan normalisasi induk sungai, sehingga ketika terjadi erupsi maupun banjir lahar dingin, tidak meluap ke samping dan mengancam pemukiman warga.
Gede Dana juga sudah memetakan seandainya erupsi kembali terjadi di mana titik-titik tempat yang aman saat warga di lereng Gunung Agung harus mengungsi.
“Kami sudah menyiapkan master plannya sehingga ketika terjadi erupsi, pemerintah daerah dan masyarakat kita tidak panik. Bahkan, kami memiliki Relawan Gotong Royong, Tagana (Taruna Siaga Bencana) hingga Desa Tanggap Bencana. Kami sudah siapkan itu, tinggal meningkatkan kapasitasnya,” tegas Gede Dana.
Bahkan, Gede Dana juga menyiapkan cadangan pangan, berikut dasar ketentuan perdanya di mana anggarannya dititipkan lewat Bulog.
Meski demikian, Gede Dana selalu berdoa dan berharap agar masyarakat Karangasem dijauhkan dari bencana erupsi Gunung Agung.
Sebab, ketika erupsi terjadi, masyarakat sangat menderita, ekonomi warga lumpuh, dan pariwisata terhenti.
Gede Dana berkata dampak erupsi Gunung Agung merupakan pengalaman kelam yang akan selalu diingat masyarakat Karangasem. Karena untuk pulih kembali dari situasi itu, membutuhkan waktu bertahun-tahun. (bp/ken)