TEGAS: Calon Gubernur Bali nomor urut 01, Made Muliawan Arya, S.E., M.H. atau yang akrab disapa De Gadjah hadiri HUT ke-39 Ikatan Keluarga Besar (IKB) Flobamora (NTT) Bali dan foto bersama para atlet NTT yang mengharumkan nama Bali sekaligus Indonesia, Selasa, 2 Oktober 2024.
DENPASAR, Balipolitika.com- Bertubi-tubi publik dihebohkan dengan ulah oknum warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT) di Pulau Dewata.
Puncaknya, warga adat yang bermukim di Jalan Srikandi, Banjar Penyarikan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung terpaksa memukul kulkul bulus (kentongan khas Bali, red) sebagai peringatan tradisional adanya bahaya pada Minggu, 29 September 2024 malam.
Kulkul bulus ini memicu warga setempat mengamankan Nikodemus Nigha Bombo alias Nikson, Yosep Ndara Milla, Agustinus Hollo, Lotensius Bali Meme, dan Imanuel Kondo sebelum akhirnya “dijaring” oleh pihak kepolisian.
Masalah sosial yang berlarut-larut ibarat benang kusut ini menjadi atensi khusus Calon Gubernur Bali nomor urut 01, Made Muliawan Arya, S.E., M.H.
Dalam Perayaan Syukur Hari Ulang Tahun (HUT) ke-39 Ikatan Keluarga Besar (IKB) Flobamora (NTT) Bali yang digelar di Auditorium ITB Stikom Bali, Selasa, 1 Oktober 2024 dengan tegas De Gadjah- sapaan akrab Made Muliawan Arya- mengajak semua pihak untuk menyikapi hal tersebut dengan super serius.
“Saya De Gadjah, saya adalah keluarga dari Flobamora. Saking kita jadi keluarga, hampir saya diplintir-plintir, hampir saya difitnah, dan sudah mulai gejala-gejalanya, tetapi syukur Tuhan masih sayang sama saya. Saya mengetahui Flobamora sejak kecil. Saya tahu tentang Flobamora itu lewat pertandingan sepak bolanya, olahraganya. Saya utang budi sama ayah saya, pembina Flobamora (Yusdi Diaz, red). Dulu, saya pernah diberikan buku oleh Beliau untuk belajar dan lewat Beliau saya mendapatkan jalan merantau bekerja ke Amerika Serikat. Kalau tidak ada Beliau, mungkin saya tidak tahu ada di mana sekarang. Dan sampai detik ini pun berkat Beliau juga. Saya sangat bangga, mengapresiasi adanya Flobamora ini. Apalagi dengan kegiatan olahraganya, dengan e-sensusnya, kegiatan sosialnya. Banyak hal yang saya tiru dari Flobamora,” ungkap De Gadjah yang didaulat menjadi anggota kehormatan IKB Flobamora Bali.
Menyerap aspirasi di akar rumput, De Gadjah menyampaikan bahwa di balik segudang prestasi yang dipersembahkan warga NTT untuk Bali, Indonesia, bahkan dunia, khususnya di bidang olahraga, terdapat banyak masalah sosial yang harus segera dipecahkan.
“Akhir-akhir ini, ada isu-isu sosial yang tadi sudah disampaikan oleh ayah-ayah saya. Isu-isu sosial yang menyudutkan Flobamora padahal dilakukan oleh oknum-oknum. Saya minta tolong pada keluarga Flobamora, besok jika ada isu dan fitnah, tolong saya dijaga. Mulai ada isu bahwa backing oknum warga Sumba itu De Gadjah, salah satu cagub. Saya bingung juga. Saya tidak kenal orang-orang itu. Ngapain juga saya backingin Sumba-Sumba itu. Kalau Keluarga Flobamora ya keluarga saya. Kalau warga Sumba, khususnya ber-KTP Bali yang berprestasi, contohnya di bidang olahraga tinju, ya memang adik-adik saya. Tapi yang ribut-ribut itu siapa? Saya tidak kenal. Jadi, terima kasih Saudara-saudara Flobamora. Sebagai keluarga, ayo mari kita berjalan bersama untuk menjaga Bali dan menjaga Flobamora. Saya tahu banyak warga NTT yang datang ke Bali untuk bersekolah dan bekerja. Banyak orang tua saya dari Flobamora yang lahir, besar di Bali, berkomitmen penuh menjaga Bali. Saya tidak mau nama Flobamora rusak oleh ulah segelintir oknum. Saya tidak mau Bali rusak gara-gara oknum tersebut. Jadi, yang memfitnah itu jahat banget. Biarin saja. Biar Tuhan yang balas. Kata Pak Prabowo, gojetin saja!” ungkap De Gadjah.
Dipertegas, khusus soal warga NTT yang berbuat onar dan berulah di Bali, De Gadjah mengajak IKB Flobamora memecahkan masalah sosial tersebut dari hulu sampai hilir hingga insiden serupa tidak terjadi.
Meski berada dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana setiap warga negara bebas keluar masuk ke seluruh provinsi di tanah air, De Gadjah menilai harus ada mekanisme atau kesepakatan bersama melibatkan IKB Flobamora Bali tentang sanksi bagi oknum warga NTT yang bikin onar di Bali; bila dirasa perlu bisa dipulangkan ke kampung halaman mereka.
“Mari kita bersama, saya sebagai keluarga Flobamora, bersama masyarakat Bali, khususnya warga adat, jika ada yang seperti itu (oknum NTT bikin onar, red), kita berjalan bersama, bergandengan tangan bersama, kita menindak bersama. Tetapi, menindak dengan cara yang baik. Penyebabnya harus kita selesaikan. Salah satunya siapa yang mendatangkan mereka ke Bali, misalnya para mandor,” beber De Gadjah sembari menegaskan pentingnya koordinasi dengan para mandor yang kerap mempekerjakan warga NTT di Bali kemudian melepas mereka saat sebuah proyek tuntas.
“Terus terang saya bingung juga. Gubernurnya siapa, bupati/ wali kotanya siapa, kok De Gadjah yang salah? Tapi tidak apa-apa. Orang baik punya masa lalu, orang nakal punya masa depan,” cetus Ketua Persatuan Tinju Amatir Nasional (Pertina) Provinsi Bali sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Beladiri (Perikhsa) Bali itu sambil tersenyum.
Lebih lanjut, De Gadjah mengingatkan semua pihak untuk tidak melupakan sejarah bahwa Bali, NTT, dan NTB pernah menjadi satu provinsi di awal-awal masa kemerdekaan.
“Pada tanggal 22 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengangkat orang Bali, yakni I Gusti Ketut Pudja menjadi Gubernur Sunda Kecil di mana Bali, NTT, dan NTB merupakan satu kesatuan. Kita semua bersaudara, jadi mari kita jaga Bali, jaga NTT, jaga NTB bersama-sama,” pesan De Gadjah. (bp/ken)