Pura – Sugihan Jawa dan Sugihan Bali menjadi momentum sebelum Galungan tiba.
BALI, Balipolitika.com – Galungan sebentar lagi, yakni pada 25 September 2024. Sebelum itu, umat Hindu merayakan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.
Sebelum hari suci Galungan, umat Hindu di Bali mengenal hari suci Sugihan. Hari raya Sugihan ada dua, yakni Sugihan Bali dan Sugihan Jawa, yang jatuhnya pada wuku Sungsang.
Untuk Sugihan Jawa, hari ini Kamis 19 September 2024. Sementara Sugihan Bali dan Kajeng Kliwon pada Jumat 20 September 2024.
Dalam kitab atau lontar Sundarigama, bahwa pada hari suci Sugihan Jawa, umat Hindu meyakini para dewa dan roh leluhur turun ke dunia membesarkan hati umat manusia. Sembari menikmati persembahan hingga datangnya hari raya Galungan.
Untuk itu, umat Hindu agar membuat upacara parerebon di sanggah ataupun di parhyangan dengan sesajen parerebuan, pangraratan, dan berbagai bunga harum.
Selanjutnya untuk Sugihan Bali, sebagai hari baik bagi umat manusia untuk menyucikan diri lahir dan batin.
Oleh sebab itu, umat Hindu melakukan persembahyangan. Dengan cara mengheningkan pikiran, serta memohon air suci panglukatan dan pabersihan kepada pendeta.
Dalam Sundarigama, pula bahwa makna hari suci pada wuku Sungsang adalah untuk menjernihkan pikiran. Sehingga lebih siap menghadapi fenomena perubahan wujud dan peran dewa yang terbalik atau sungsang.
Maksudnya adalah peran sebagai pelindung ke peran sebagai penyebar perselisihan. Sesuai dengan makna kata sungsang, di dalam lontar Sundarigama koleksi Gria Gede Banjarangkan Klungkung berarti sungsang adalah dewa yang berbeda rupa.
Kata bheda itu dapat berarti berbeda, lain, salah, atau menyebarkan perselisihan. Dalam kutipan “sungsang ngaran dewa bheda rupa”.
Jadi secara filosofis Sugihan Jawa adalah penyucian alam luar atau bhuana agung. Sementara Sugihan Bali adalah penyucian dalam diri manusia atau bhuana alit. (BP/OPA)