KONSER TUNGGAL: Penampilan Anggun saat konser tunggalnya bertajuk Enchanting Anggun and Friends di JCC Jakarta.
JAKARTA, Balipolitika.com- Anggun Cipta Sasmi merasa dirinya seolah seperti gadis saat akhirnya memutuskan bergabung dalam proyek film terbaru garapan sutradara Wregas Bhanuteja.
Dalam film bergenre horor berjudul Para Perasuk itu, Anggun memerankan karakter seorang guru sanggar bernama Asri, yang mengajarkan kesurupan dengan nyanyian mantra-mantranya.
Film itu berkisah tentang sebuah desa, yang merayakan kebahagiaan dengan menggelar acara kesurupan massal.
Akan tetapi, satu waktu desa tersebut terkena rencana penggusuran. Warga desa menggelar acara kesurupan massal sebagai bentuk perlawanan.
Hal itu diceritakan Anggun saat menggelar acara pembacaan naskah dan pemotretan bersama sang sutradara, Wregas Bhanuteja, di Art Gallery Bentara Budaya di Menara Kompas, Selasa 30 Juli 2024 lalu.
Para pemain lain ikut hadir, seperti Maudi Ayunda, Angga Yunanda, Bryan Domani, dan Chicco Kurniawan.
”Waktu awal ditawari dan tahu karakternya, aku kaget. Tadinya kirain ditawari jadi macam (film serial terkenal) Emily in Paris. Eh, enggak tahunya horor. Memang, sih, yang aku dengar di Indonesia sedang ramai dan laku film-film horor, ya. Ha-ha-ha,” ujar Anggun sambil terbahak.
Anggun mengaku salut Wregas mempresentasikan rencana proyek filmnya dalam bahasa Perancis.
Dari situ dia melihat keseriusan Wregas untuk mengajak dirinya, yang memang belum pernah sekali pun terlibat dalam film layar lebar.
Anggun mengaku bangga diajak terlibat oleh sutradara seterkenal Wregas.
”Ini tuh, film pertama lho. Jadi, aku bisa dibilang masih ’perawan’ (di dunia film). Ha-ha-ha. Pernah, sih, ikut main film televisi di Perancis. Tapi ’ningratnya’ film itu, kan, layar lebar. Cuma dia (Wregas) ngasih pe-ernya (pekerjaan rumah) banyak. Dialog Guru Asri panjang-panjang. Belum lagi disuruh bikin dan baca mantra. Ha-ha-ha,” ujar Anggun kembali dengan tawa berderai.
Anggun dengan bangga mengaku dirinya pernah menolak ajakan bermain film spionase Hollywood terkenal, James Bond, The World Is Not Enough (1999).
”Waktu itu James Bond-nya masih Pierce Brosnan. Mungkin kalau sudah Daniel Craig, aku baru mau kali ya. Ha-ha-ha,” ujarnya terbahak.
Alasan penolakan Anggun saat itu adalah dia hanya ingin fokus menjadi penyanyi profesional.
Dia juga mengaku aneh kenapa sampai ditawari jadi gadis Bond.
Sementara, menurut dia, bermain film adalah pekerjaan aktor/aktris film dan bukan penyanyi seperti dirinya.
”Aku merasa belum siapa-siapa dan saat itu umurku masih 24 tahun. Sekarang aku mau menerima karena berpikir dulu terlalu kaku. Padahal, bernyanyi dan berakting, kan, sebetulnya sama-sama bagian dari dunia seni. Jadi, ingat juga zaman mendiang bapakku, mereka para seniman sering berkumpul tak ada pengotak-ngotakan. Jadi, sekarang aku pikir sebagai seniman harus mulai bersikap luwes,” ujarnya.
Berakting, disadari Anggun, bukan sekadar berpura-pura memainkan karakter tertentu, melainkan sebuah kegiatan yang sama dengan keseharian, tetapi dilengkapi dengan cerita, skenario, dan durasi.
Anggun mengaku sangat tersanjung bisa diajak terlibat oleh Wregas, yang memiliki prestasi baik secara nasional ataupun internasional.
Wregas dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2021 untuk filmnya, Penyalin Cahaya.
Dia juga memenangi penghargaan Discovery Award Festival Film Cannes 2016 serta Best Fiction Short Film Festival Film Internasional Melbourne 2016, keduanya untuk film Prenjak. (bp/dp/ken)