KRISIS AIR TAHUNAN: Truk pembawa tangki air bersih saat melayani kebutuhan pembelian air bersih warga di Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Senin, 5 Agustus 2024. (foto istimewa)
NUSA PENIDA, Balipolitika.com- Seiring menggeliatnya sektor pariwisata yang ditandai membludaknya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik, permasalahan mendasar berupa ketersediaan air bersih masih mengancam warga Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
Faktanya, memasuki musim kemarau, warga di beberapa desa di Nusa Penida mengalami krisis air bersih.
Kondisi ini dipicu stok penyimpanan air bersih di cubang milik warga mulai menipis bahkan habis.
Permasalahan ini antara lain dialami oleh warga di Desa Adat Karangsari, Desa Suana, Nusa Penida.
Jauh dari akses air PDAM maupun sumur bor air laut, kini warga masyarakat, terutama yang rumahnya terletak di pebukitan “berteriak” kesulitan air bersih.
Bukan sehari atau dua hari, melainkan sudah sejak 2 bulan terakhir.
Salah seorang warga setempat bernama I Wayan Sugiarta mengaku air hujan yang ditampung keluarganya di cubang sudah habis.
Karena air bersih merupakan kebutuhan yang maha penting, ia pun terpaksa membeli air tangki.
Warga lainnya, yakni Nyoman Bawa mengaku rutin membeli air tangki saat musim kemarau tiba, antara bulan Maret hingga Oktober.
Kepada redaksi Balipolitika.com, Nyoman Bawa mengaku keperluan air tersebut ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, minum, mencuci, hingga mandi.
Dalam kondisi super hemat, satu tangki air bersih berisi 1.100 liter, umumnya digunakan untuk kebutuhan kurang lebih satu bulan.
Ia bersama warga dari 10 KK urunan mengeluarkan uang senilai Rp200 ribu untuk pembelian satu tangki air bersih tersebut.
“Kadang tidak sampai sebulan, sudah habis,” keluhnya, Senin, 5 Agustus 2024.
Nominal Rp200.000 untuk satu tangki air bersih ungkap Nyoman Bawa terbilang cukup mahal karena pada musim kemarau sebelumnya ia dan warga lainnya merogoh dompet Rp150.000.
Namun, karena tidak ada pilihan lain, harga mahal tersebut tidak dipermasalahkan oleh warga setempat.
Sebaliknya, Nyoman Bawa dan warga merasa bersyukur karena masih ada penjual air tangki yang mau membawakan air bersih tersebut ke lokasi.
Ia mengungkapkan penjual-penjual air tangki sebelumnya tidak mau melayani warga Desa Adat Karangsari, Desa Suana, Nusa Penida dengan alasanya medan jalan yang rusak dan terjal.
Saat air tangki ngadat ke lokasi tersebut, Nyoman Bawa mengaku warga terpaksa menempuh jarak kurang lebih 2,5 kilometer untuk mengambil air sumur dari air laut.
Merana setiap musim kemarau, warga Desa Adat Karangsari, Desa Suana berharap agar Nusa Penida memiliki mobil tangki destribusi air untuk memenuhi kebutuhkan air bersih.
Warga Desa Adat Karangsari, Desa Suana, Nusa Penida juga berharap sumber mata air Peguyangan bisa masuk ke wilayahnya untuk memutus krisis air bersih setiap tahun di lokasi tersebut.
Merespons krisis air bersih hingga warga membeli air tangki Rp200.000 per 1.100 liter ini, Penjabat Perbekel Desa Suana, I Nyoman Suarta mengaku masih mencarikan solusi.
I Nyoman Suarta mengakui beberapa desa di Nusa Penida juga mengalami kekurangan air bersih memasuki musim kemarau tahun 2024, tak terkecuali di Desa Suana.
Ditanya soal ketersediaan mobil tangki pendistribusian air bersih di Nusa Penida, I Nyoman Suarta menjawab hanya PDAM yang memilikinya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung belum memiliki armada mobil tangki di Nusa Penida.
“Biasanya di Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan ada bantu yang emergensi seperti saat terjadi kebakaran,” ungkapnya. (bp/ken)