PILIH RAKYAT: Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Made Muliawan Arya, S.E., M.H.- Putu Agus Suradnyana, S.T. saat mendaftar ke KPU Bali, Kamis, 29 Agustus 2024 lalu.
DENPASAR, Balipolitika.com– One Commando atau satu komando dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah menjadi satu-satunya opsi penyelamatan program-program pro rakyat Bali melalui kontestasi politik Pilkada Serentak 2024 yang hasilnya ditentukan pada Rabu, 27 November 2024 mendatang.
Fakta bahwa kondisi keuangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang defisit hingga Rp1,9 triliun sepeninggal Gubernur Bali masa bakti 2018-2023 Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) sebagaimana diuraikan oleh Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dalam laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) di Sidang Paripurna DPRD Bali Senin, 25 Maret 2024 silam mempertegas sikap Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus mendorong Made Muliawan Arya, S.E. alias De Gadjah untuk mencalonkan diri sebagai nakhoda Bali 5 tahun ke depan.
Belum lagi utang pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) Klungkung senilai Rp1,5 triliun mempertegas “ketergantungan” Pemprov Bali kepada pemerintah pusat periode 5 tahun ke depan.
Di tengah semakin carut-marutnya kondisi Bali, Presiden Republik Indonesia ke-8, Prabowo Subianto yang akan memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai Minggu, 20 Oktober 2024 juga memberikan tugas khusus kepada De Gadjah untuk “melamar” aspirasi rakyat Bali di Pilgub Bali 2024.
Demi keberlangsungan program-program yang dirancang Pemprov Bali serta memaksimalkan suntikan dana pemerintah pusat, De Gadjah yang saat ini berpasangan dengan Putu Agus Suradnyana, S.T. alias paket Mulia-PAS hadir.
Meski sangat ideal karena satu komando dengan pemerintah pusat, lahirnya paket Mulia-PAS ini dipandang sebelah mata.
Buktinya, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hati Nurani Rakyat (DPD Hanura) Provinsi Bali, I Kadek Arimbawa, S.H. atau akrab disapa Lolak menyatakan bahwa paslon lain siap melindas De Gadjah.
Pernyataan dimaksud disampaikan Lolak saat penyerahan rekomendasi Partai Hanura kepada Pasangan Calon Kepala Daerah Pilkada Tahun 2024 di bilangan Kesiman, Kertalangu, Denpasar, Rabu, 28 Agustus 2024.
Lolak mengistilahkan paket Koster-Giri (Dr. Ir. Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta, S.Sos., red) sing ade lawan alias tidak ada lawan.
“Melindes Gadjah,” ujar politisi kelahiran 31 Desember 1976 itu.
Diremehkan, De Gajah yang kini berusia 43 tahun menjawab santai dan menyebut bahwa dirinya memang bukan siapa-siapa serta merupakan warga masyarakat biasa.
Usai diremehkan, beredar video dan unggahan di media sosial terkait deklarasikan dukungan dua periode kepada Wayan Koster pada Juni 2022 kala ia masih menjabat sebagai Gubernur Bali.
Menanggapi konten dan komentar yang beredar luas itu, De Gajah mengungkapkan dirinya selaku kader Partai Gerindra diajarkan selalu mengapresiasi siapapun pemimpin dan dididik untuk selalu mengapresiasi, baik pemimpin baik di tingkat pusat maupun di daerah.
“Saat ini kalau pun memang harus berkompetisi tentu berkompetisi untuk berjuang sebaik-baiknya untuk rakyat Bali. Saya berjuang demi rakyat Bali, bukan demi Pak Koster,” jelasnya.
Meski kini menjadi kompetitor, De Gadjah tak sungkan-sungkan memuji keberhasilan perjuangan satu jalur atau satu komando alias linierisasi di era Koster-Ace dengan Jokowi-Amin.
Berkaca pada konsep one commando atau satu komando dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah inilah De Gadjah menilai harus menanggalkan ego pribadinya dan lebih memilih rakyat Bali ketimbang figur Wayan Koster.
Pasalnya, menjadi keharusan atau keniscayaan untuk melanjutkan perjuangan satu jalur, satu komando, linierisasi dari presiden, gubernur, hingga bupati, dan wali kota se-Bali.
Khusus untuk pemerintahan di tingkat provinsi, defisit anggaran hingga Rp1,9 triliun diakui De Gadjah membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain berjuang demi rakyat Bali.
“Ini menjadi solusi cerdas bagi Bali untuk mendapatkan sebanyak mungkin kue pembangunan di pusat untuk direalisasikan di Bali,” sebutnya.
“Jadi dukungan inilah yang kami tunjukkan selama ini, ketika tidak lagi satu jalur atau malah beda jalur atau tidak satu komando atau malah beda komando, maka kami memikirkan rakyat Bali akan kesulitan mendapatkan akses lebih dari kue pembangunan di pusat,” tegas De Gadjah.
Ditambahkan olahragawan yang juga Ketua Persatuan Tinju Amatir Nasional (Pertina) Bali bahwa perjuangan Mulia-PAS menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Bali lebih mementingkan rakyat Bali serta mengesampingkan ego pribadi atau kelompok.
Lebih lanjut, De Gadjah menjelaskan bahwa penugasan partai dan peranannya di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus mendorongnya untuk tetap menjaga komitmen pada prinsip satu jalur atau satu komando.
“Penugasan partai dan kawan-kawan di KIM Plus menuntut menjaga satu jalur atau satu komando mendorong kami untuk mengambil tanggung jawab ini,” tutupnya sembari memohon dukungan total masyarakat Pulau Dewata. (bp/ken)