JAGA TRADISI DAN BUDAYA: Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya saat mengikuti tradisi Perang Pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, pada Selasa, 25 Juni 2024. (Sumber: Gerindra Bali)
KARANGASEM, Balipolitika.com- Keseruan nampak terlihat di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, saat Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah kembali datang untuk ngayah dalam tradisi mageret atau perang pandan dilaksanakan bertepatan dengan otonanannya, Anggara Pon, Wuku Klawu, Selasa, 25 Juni 2024.
“Ya hari ini otonan juga, momen yang spesial juga bagi saya. Tadi sebelum berangkat keluarga sangat mendukung agar saya ngayah dulu, setelah itu baru nanti melaksanakan otonan di rumah,” ungkap De Gadjah.
Lebih lanjut De Gadjah menambahkan, pihaknya telah 3 kali datang untuk ngayah di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, diawali keikutsertaannya dalam tradisi Desa Tenganan itu dengan datang sendiri sekitar 3 tahun lalu.
Ia mengaku mendapat kehormatan diundang dan begitu juga hari ini, ia diminta hadir untuk turut serta ngayah dalam tradisi mageret pandan.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan ini sejalan dengan instruksi dari Ketua Umum Gerindra sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto dalam upaya menjaga dan melestarikan tradisi adat budaya Bali.
“Dengan terlibat langsung dalam tradisi ini, saya merasa memiliki ikatan emosional serta merasakan sensasi yang sangat luar biasa saat mengikuti tradisi yang dimaknai sebagai penghormatan kepada Dewa Indra,” ucapnya.
Sementara itu, Kelian Desa Adat Tengana Dauh Tukad, I Wayan Tisna mengatakan, tradisi mageret pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad memiliki maknanya sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang.
Ia meyakini para pendahulu di desa tersebut adalah prajurit perang yang tangguh sehingga inilah yang menjadi sejarah dan erat kaitannya dengan penghormatan kepada dewa perang yaitu dewa indra.
Terkait dengan hadirnya tokoh De Gadjah serta ikut juga ngayah mageret pandan, Tisna mengaku sangat mengapresasinya. Seperti yang disampaikan, tujuan lain di balik ngayah ini adalah pelestarian serta mendukung keberlangsungan dan menjaga tradisi yang ada di Desa Tenganan yang merupakan desa tua di Karangasem.
“Saya sangat mengapresiasi kedatangan tokoh politik dan sosok sosial seperti beliau. Beliau setiap tahun hadir ngayah, tujuannya juga kami sangat apresiasi untuk mendukung dan menjaga tradisi yang ada,” kata Tisna.
Di sisi lain, kehadiran tokoh untuk ngayah dalam tradisi perang pandan dipandang cukup mendapatkan respons dari masyarakat. Mereka sangat antusias baik hanya untuk sekadar menyapa maupun berfoto dengan anggota DPRD Bali terpilih itu.
“Mengingat sosok beliau ini merupakan figur yang selalu hadir di masyarakat, dan sehingga warga pun senang beliau hadir, tadi auranya juga luar biasa saya sampai ngeri-ngeri menonton,” ungkap Ketua DPC Gerindra Karangasem, I Nyoman Suyasa yang juga hadir menyaksikan tradisi tersebut. (bp/gk)