DENPASAR, Balipolitika.com– Andrologist dan Seksolog terkemuka tanah air, Prof. Dr. dr. Wimpie Ishak Pangkahila, Sp. And (K), Subsp. SAAM. turut menyampaikan sudut pandangnya merespons kasus 2 orang dokter residen salah satu fakultas kedokteran universitas ternama di Provinsi Bali yang diduga menjalin hubungan asmara terlarang hingga dilaporkan ke kampusnya pada Senin, 16 Juni 2025.
Dikonfirmasi, Rabu, 18 Juni 2025, sosok profesional yang kerap menangani berbagai kasus seputar seksualitas, baik dari segi biologis, psikologis, maupun sosial serta piawai membantu individu plus pasangan mengatasi masalah seksualitas itu mengatakan bahwa perselingkuhan bisa terjadi kapan dan di mana saja.
“Ya, kasus hubungan seks yang cenderung bebas semakin sering terjadi karena perubahan pandangan tentang seks telah lama berubah. Perselingkuhan dokter dengan residen (maupun residen dengan residen, red) terjadi karena kesempatan yang sering didapat,” ucap Prof. Wimpie.
Di masa lampau, Prof. Wimpie menyebut hubungan seks masih dinilai sakral atau dianggap suci di mana nilai-nilai agama, budaya, dan norma sosial sangat dijunjung tinggi.
Kini, kesakralan hubungan seksual relatif memudar di mana selain profesi kedokteran, di kalangan lain juga banyak terjadi hubungan perselingkuhan atau perzinahan antara sesama rekan kerja.
“Tidak mengenal strata pendidikan. Tapi, karena ini menyangkut dokter, maka jadi berita yang dianggap luar biasa. Padahal di kalangan lain, banyak juga terjadi,” ungkap Prof. Wimpie yang memprakarsai pembentukan Program Magister Kekhususan Anti-Aging Medicine di Universitas Udayana dan tercatat sebagai yang pertama di dunia.
Mengaku prihatin dengan kondisi tersebut, Prof. Wimpie berharap pendidikan seks remaja semakin masif diberikan guna menyadarkan masyarakat terkait dampak butuk seks bebas.
“Saya sangat berharap pendidikan seks sejak remaja tetap diberikan dengan harapan menyadarkan masyarakat tentang akibat buruk seks bebas,” tandasnya.
Seiring semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi yang tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat memilah atau memfilter informasi, kini banyak ditemukan konten-konten merangsang birahi sehingga jika mental seseorang belum dewasa, mereka berpeluang terjerumus.
“Ya itu, karena informasi tentang seks yang bersifat merangsang mudah dijumpai di medsos, beda dengan masa lalu. Ditambah lagi karena selalu ada kesempatan. Oh ya, penyebab utama karena selalu ada kesempatan. Sementara di masa kini, orang tidak lagi menganggap seks sebagai sesuatu yang sakral seperti pada masa lalu,” terangnya sembari kembali menekankan pentingnya pendidikan seks sejak remaja.
“Tapi saya berharap pendidikan seks sejak remaja tetap diberikan dengan harapan menyadarkan masyarakat tentang akibat buruk seks bebas,” tegas Prof.Wimpie.
Diberitakan sebelumnya, dua orang dokter residen salah satu fakultas kedokteran universitas ternama di Provinsi Bali diduga menjalin hubungan asmara terlarang.
Informasi yang didapat dugaan perselingkuhan ini sudah dilaporkan ke kampus tempat keduanya kuliah, Senin, 16 Juni 2025.
Residen atau mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) itu masing-masing berinisial dr. IGNAHW (28 tahun) dan dr. JAF.
- IGNAHW dilaporkan setelah berulang kali ketahuan selingkuh dengan sesama dokter residen yang memilih program studi sama, namun beda tingkat atau semester.
Surat itu ditujukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran dan Kepala Program Studi Spesialis universitas ternama dimaksud pada Senin, 16 Juni 2025.
“Dengan surat ini saya memohon kepada Bapak selaku kepala program studi di mana yang bersangkutan tengah menempuh kuliah agar dapat memberikan sanksi yang sepantasnya sesuai dengan ketentuan dan kode etik di institusi yang Bapak pimpin demi menjaga nama baik dan martabat institusi Bapak di mata para civitas akademika FK (menyebut nama kampus, red) pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,” tulis korban.
“Demikian surat ini saya sampaikan. Besar harapan kami adanya tindakan tegas atas kejadian tersebut sehingga tidak menjadi preseden buruk ke depan terhadap program studi yang Bapak pimpin. Atas perhatian dan tindak lanjut Bapak, saya ucapkan terima kasih,” demikian bunyi paragraf terakhir surat tersebut yang disertai dengan tanda tangan basah.
Melanggar kesusilaan dan kode etik, usut punya usut tindakan perzinahan kedua mahasiswa program studi pendidikan spesialis ini sudah tercium pihak kampus hingga dr. JAF (semester 2) dan dr. IGNAHW (semester 3) diganjar Surat Peringatan (SP) 1 dan SP 2.
Gilanya, dr. JAF mengetahui dr. IGNAHW telah memiliki istri sah alias sudah menikah.
“Selain melakukan tindakan terlarang tersebut di kediaman (kamar kos) dr. JAF ditemukan juga adanya indikasi bahwa perzinahan ini telah dilakukan berulang kali di mana pada saat pertama kali kasus ini diketahui yang bersangkutan sudah diberikan SP 1 (Surat Peringatan 1). Kemudian yang bersangkutan mengulangi tindakan perzinahan kembali dan secara lisan telah diberikan SP 2, namun masih tetap mengulangi perzinahan tersebut hingga sekarang,” ucap sumber media ini.
Pihak kampus ternama yang menaungi dua orang dokter residen ini telah dikonfirmasi, namun belum memberikan jawaban. (tim)