DENPASAR, Balipolitika.com– PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus memperkuat komitmennya dalam pengembangan pelabuhan berkelanjutan di kawasan timur Indonesia, termasuk di Pelabuhan Benoa, Bali.
Selain meningkatkan layanan kapal pesiar, Pelindo juga konsisten menjalankan program pelestarian lingkungan, salah satunya melalui penanaman mangrove secara terukur dan berkelanjutan.
Hingga pertengahan 2025, sebanyak 38 kapal pesiar telah bersandar di Pelabuhan Benoa, membawa lebih dari 50.000 wisatawan mancanegara.
Angka ini mencerminkan tren positif kebangkitan sektor wisata bahari, sekaligus memperkuat posisi Benoa sebagai salah satu pelabuhan kapal pesiar unggulan di Indonesia.
Sebagai bagian dari tanggung jawab ekologis perusahaan, sejak 2022 hingga 2025, Pelindo telah menanam lebih dari 31.000 bibit mangrove di kawasan Pelabuhan Benoa. Investasi yang dialokasikan untuk kegiatan ini mencapai sekitar Rp226 juta.
Saat ini, program pelestarian tersebut memasuki fase pemeliharaan dan pemantauan secara berkelanjutan yang difokuskan pada periode 2023–2024.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan kelestarian ekosistem pesisir yang berfungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
“Keberlanjutan harus menjadi fondasi dalam setiap pengembangan pelabuhan, termasuk untuk sektor wisata laut. Kami tidak ingin program pelestarian hanya berhenti pada kegiatan simbolik penanaman. Pelindo berkomitmen untuk terus melakukan pemeliharaan agar ekosistem mangrove yang terbentuk benar-benar memberi manfaat jangka panjang,” ujar Sub Regional Head Pelindo Bali Nusra, Fariz Hariyoso.
Selain menjaga kelestarian lingkungan, Pelindo juga aktif membangun sinergi dengan masyarakat sekitar pelabuhan, khususnya melalui pemberdayaan UMKM dan penguatan ekonomi lokal.
Rutin bersandarnya kapal pesiar di Pelabuhan Benoa membuka peluang usaha bagi pelaku UMKM di sektor kuliner, kerajinan, hingga jasa wisata.
Didukung oleh ekosistem pelabuhan yang bersih, tertib, dan ramah lingkungan, wisatawan yang datang melalui kapal pesiar tak hanya menikmati keindahan Bali, tetapi juga berinteraksi langsung dengan budaya lokal dan produk khas daerah.
“Pelabuhan Benoa bukan hanya gerbang pariwisata, tetapi juga representasi dari komitmen Pelindo terhadap prinsip pelabuhan hijau. Kami ingin menyambut dunia dengan wajah pelabuhan yang ramah lingkungan, selaras dengan alam dan budaya Bali,” tambah Fariz.
Seluruh upaya ini sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana—kearifan lokal Bali yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas—yang menjadi landasan Pelindo dalam mengelola dan mengembangkan pelabuhan di Bali. (bp/ken)