BULELENG, Balipolitika.com– Di hari yang sama usai meninjau kawasan Hutan Desa Sepang, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Provinsi Bali, I Made Rentin, bersama Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pemberdayaan Masyarakat (PDAS-PM) serta Kabid P4H, melanjutkan kunjungan lapangan ke Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Sabtu, 14 Juni 2025.
Dalam kunjungan tersebut, I Made Rentin langsung meninjau area pengolahan sampah dan berdialog dengan Perbekel Desa Baktiseraga, I Gusti Putu Armada.
Ia mengapresiasi kondisi TPS3R yang bersih dan tidak menimbulkan bau menyengat.
“Sampahnya tidak bau, bagaimana penanganannya, Pak Mekel?” tanya Rentin.
Armada menjelaskan bahwa kunci keberhasilan TPS3R di desanya adalah pada pemilahan sampah sejak dari rumah tangga, didukung dengan sosialisasi intensif dan peraturan desa yang tegas.
“Kami tidak akan memungut sampah dari rumah tangga yang tidak memilahnya,” tegasnya.
Armada menambahkan bahwa praktik pengelolaan sampah di Baktiseraga terinspirasi dari sistem di Osaki, Jepang.
Kompos yang dihasilkan berkualitas tinggi dan tidak mengalami kendala dalam distribusi.
Untuk mendukung pembiayaan operasional TPS3R, Desa Baktiseraga menjalankan program subsidi silang dengan mengembangkan urban farming, peternakan kambing, dan budidaya ikan nila sistem bioflok.
Namun, satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya ruang untuk proses composting.
“Proses pengomposan membutuhkan waktu hingga tiga bulan. Kami butuh ruang tambahan,” ungkapnya.
Kepala Dinas KLH I Made Rentin menanggapi hal ini dengan menegaskan bahwa pengelolaan sampah merupakan program super prioritas Gubernur Bali.
Ia kembali mengingatkan pentingnya penerapan berbagai regulasi seperti Pergub Nomor 97 Tahun 2018 tentang pembatasan sampah plastik sekali pakai, Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang pengelolaan sampah berbasis sumber, serta Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah.
“Target Gubernur dalam dua tahun ke depan adalah Bali benar-benar bebas dari sampah plastik. Itu hanya bisa dicapai jika semua pihak melaksanakan kebijakan ini dengan disiplin tinggi,” tegasnya.
Pertemuan di TPS3R Desa Baktiseraga juga dihadiri LPHD dari Desa Wanagiri, Desa Panji Anom, dan Desa Selat.
Dua desa terakhir masih belum memiliki TPS3R dan selama ini sampahnya dikirim ke TPA setiap hari.
Dalam kesempatan tersebut, ketiga desa menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pemerintah melalui skema Perhutanan Sosial.
Bahkan, Desa Wanagiri telah mampu menyisihkan 3% pendapatan sebagai dana konservasi, yang tahun ini digunakan untuk membeli kendaraan pengangkut sampah. Respons Rentin pun singkat namun berkesan: “Keren!”
Sebelum mengakhiri kunjungan, Rentin menyampaikan harapannya agar praktik baik yang dilakukan Desa Baktiseraga bisa menjadi inspirasi bagi desa lainnya.
“Desa lain agar belajar ke Baktiseraga. Ini contoh konkret bagaimana kita bisa mengubah budaya dan perilaku terhadap sampah demi lingkungan yang lebih sehat dan lestari,” tutupnya. (bp/jk/ken)